Jakarta, CNN Indonesia -- Polisi Yunani menggunakan tabung pemadam api dan pentungan untuk menertibkan imigran di stadion olah raga di Pulau Kos, yang menjadi lokasi ratusan imigran, termasuk anak kecil, berkumpul untuk mendapatkan dokumen imigrasi.
Bentrokan tersebut terjadi satu hari setelah seorang polisi diberhentikan karena mengayunkan pisau dan menampar seorang imigran yang diyakini media Yunani sebagai orang Pakistan.
Pada Selasa (11/8), gambar di televisi-televisi Yunani menunjukkan ratusan imigran sedang berusaha melarikan diri dari kepulan asap putih yang berasal tabung pemadam api yang digunakan polisi untuk membubarkan para imigran.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hingga berita diturunkan, belum diketahui jelas penyebab aksi kekerasan ini. Setelah situasi tenang kembali, beberapa imigran mendirikan tenda di dalam stadion, sementara polisi berjaga-jaga dengan perlengkapan anti-rusuh.
Yunani telah menampung banyak imigran dan pengungsi yang melarikan diri dari zona perang seperti Suriah dan wilayah Afrika. Mereka mencoba masuk ke Uni Eropa dengan menyeberang menggunakan perahu karet dari Turki.
Badan pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa, UNHCR, mengatakan bahwa sekitar 124 ribu imigran telah tiba di Yunani tahun ini.
UNHCR menyebut keadaan imigran di Kos dan pulai lainnya sebagai hal yang "memalukan".
Walikota Kos, Yorgos Kyritsis, mengatakan bahwa petugas lokal, termasuk polisi dan penjaga pantai tidak bisa menghadapi arus imigran yang terus berdatangan.
"Situasi yang terjadi di pulau (Kos) tak terkendali,” kata Kyritsis kepada televisi Yunani. “Ada bahaya yang nyata karena situasi yang tidak terkontrol. Darah akan berjatuhan.”
Seorang pejabat kepolisian Yunani yang enggan disebutkan namanya, mengatakan bahwa tim polisi huru-hara akan dikerahkan di pulau tersebut. Petugas kepolisian dari pulau lainnya, Rhodes dan Syros juga akan dikirim sebagai bala bantuan.
(stu)