Fidel Castro Rayakan Ulang Tahun Bersama Sekutu Sosialis

Amanda Puspita Sari/Reuters | CNN Indonesia
Jumat, 14 Agu 2015 11:55 WIB
Mantan Presiden Kuba, Fidel Castro merayakan ulang tahun dengan Presiden Bolivia, Evo Morales dan Presiden Venezuela, Nicholas Maduro, pada Kamis (13/8).
Mantan Presiden Kuba, Fidel Castro merayakan ulang tahun dengan Presiden Bolivia, Evo Morales dan Presiden Venezuela, Nicholas Maduro, pada Kamis (13/8). (Reuters/Agencia Boliviana de Informacion/Handout )
Jakarta, CNN Indonesia -- Mantan presiden Kuba, Fidel Castro merayakan ulang tahun ke-89 dengan dua pemimpin negara sekutu sayap kiri Amerika Latin, Presiden Bolivia, Evo Morales dan Presiden Venezuela, Nicholas Maduro, pada Kamis (13/8). Perayaan ulang tahun ini digelar satu hari menjelang kedatangan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, John Kerry ke Havana.

Dalam foto yang diterima Reuters, Castro tengah duduk di dalam sebuah mobil van bersama Morales dan Maduro, dua pemimpin negara Amerika Latin yang setia mendukung pemerintahan komunis Havana.

Dalam foto tersebut, Castro terlihat mengenakan topi bisbol, jaket berwarna biru dan kemeja kotak-kotak. Tidak diketahui tujuan rombongan tersebut. Selama ini Castro dilaporkan jarang bepergian di luar rumahnya di Havana.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya berharap Bolivia dipenuhi cinta dan kekaguman dunia. Kami akan selalu mengingat perjuangan putra bangsa kalian menderita," kata Castro dalam rekaman audio yang berkualitas buruk yang disiarkan oleh radio pemerintah Bolivia. 

Castro, tokoh senior Kuba ini menyerahkan kekuasaan kepada adiknya, Raul Castro pada 2008 karena kesehatan terus memburuk. Castro tidak lagi memegang jabatan di pemerintah atau Partai Komunis, tetapi memegang kekuasaan dalam pandangan publik dengan gelar kehormatan Pemimpin Bersejarah.

Castro juga gemar menulis kolom untuk surat kabar lokal. Pada ulang tahun sebelumnya, Castro menulis kolom yang berisi kecaman terhadap AS yang dinilai mengganggu perekonomian dunia dengan mengabaikan standar emas nasional.

Dalam tulisannya, Castro juga menjabarkan beberapa perbedaan antara Havana dan Washington, meski kedua negara tengah memperbaiki hubungan. Castro juga meminta AS melakukan reparasi bernilai "jutaan dolar" atas agresi militer masa lalu di Kuba, seperti embargo ekonomi terhadap Havana sejak 1962.

Tidak diketahui bagaimana Castro berdiskusi politik dengan Raul, yang kini tengah memulai program reformasi ekonomi sembari memastikan tidak akan mengubah sistem politik Kuba.

Setelah memimpin Revolusi Kuba pada 1959, Castro menarik Kuba ke dalam aliansi dengan Uni Soviet, yang berujung pada berbagai konfrontasi dengan Amerika Serikat. Semenjak kondisi kesehatannya terus menurun, dia mengundurkan diri sementara pada 2006 dan secara penuh pada 2008. (ama/ama)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER