Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah Libya yang diakui secara internasional meminta sekutu dari Arab untuk melancarkan serangan udara terhadap kelompok militan ISIS di kota pesisir Sirte.
Dalam beberapa hari terakhir, ISIS telah berusaha untuk menghancurkan pemberontakan oleh kelompok Muslim Salafi di Sirte. Menurut warga setempat, puluhan orang telah tewas akibat pertempuran ini.
Pertempuran ini adalah yang terbaru dari serangkaian konflik di negara yang kini terpecah ke dalam dua pemerintahan. Pemerintah legal yang kini berada di timur Libya terusir dari ibu kota setelah kelompok bersenjata yang menamakan diri mereka sebagai “Libya Dawn” merebut Tripoli dan mengklaim diri sebagai pemerintahan yang sah sejak Agustus tahun lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, berbagai faksi bersenjata juga saling berperang, ditambah lagi dengan kelompok militan Islam.
"Pemerintah sementara Libya mendesak negara-negara sekutu Arab untuk melakukan serangan udara terhadap posisi kelompok teroris Daesh (ISIS) di Sirte," bunyi sebuah pernyataan kabinet pemerintah di timur Libya pada Sabtu (15/8). Mereka tidak memiliki kontrol atas Sirte, kota kelahiran mantan diktator Gaddafi.
Setelah menguasai beberapa wilayah di Irak dan Suriah, ISIS melebarkan pengaruh mereka ke Libya, Mesir, Yaman, bahkan Afghanistan.
Kedua kubu pemerintah telah melakukan serangan udara ISIS di Sirte dalam beberapa hari terakhir, tetapi kemampuan mereka sangat terbatas. Mereka hanya mengandalkan pesawat tempur usang dan helikopter dari era Gaddafi.
Tidak jelas bagaimana negara-negara Arab akan merespon permintaan ini. Koalisi Arab yang dipimpin oleh Arab Saudi melancarkan serangan udara di Yaman pada akhir Maret lalu dalam upaya untuk menghentikan gerakan al-Houthi yang didukung oleh Iran.
(stu)