Gadis ISIS asal Inggris Tertawakan Serangan di Tunisia

Fadli Adzani | CNN Indonesia
Senin, 06 Jul 2015 16:19 WIB
Gadis remaja Inggris yang bergabung dengan ISIS di Suriah menertawakan serangan penembakan yang menewaskan 38 wisawatan asing di Tunisia akhir Juni lalu.
Amira Abase, gadis remaja Inggris yang bergabung dengan ISIS di Suriah menertawakan serangan penembakan yang menewaskan 38 wisawatan asing di Tunisia akhir Juni lalu. (Dok. Reuters TV)
Jakarta, CNN Indonesia -- Gadis remaja Inggris yang bergabung dengan ISIS di Suriah, Amira Abase, menertawakan serangan di Tunisia dalam sebuah percakapan online dengan wartawan yang menyamar ingin menjadi pengantin jihad.

Abase, 16, gadis yang melarikan diri dari Inggris untuk bergabung dengan ISIS sejak Februari lalu, menertawakan serangan di Hotel Riu Imperial Marhaba yang terletak di tepi pantai di dekat Pelabuhan El Kantaoui, Sousse. Dalam serangan yang terjadi pada Jumat (26/6) itu sebanyak 38 wisatawan asing tewas, 30 di antaranya warga Inggris.

(Baca juga: Dua Remaja Perempuan Inggris yang Ikut ISIS Sudah Menikah)

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Komentar Abase atas serangan ini terungkap dalam laporan pertukaran pesan email pada pada Ahad (5/7). Abase mengira dia tengah berbincang dengan seorang gadis Inggris lainnya yang berencana untuk bergabung dengan ISIS.

Diberitakan Al-Arabiya, dalam pesan tersebut sang wartawan menceritakan bahwa warga Inggris turut berduka dan mengheningkan cipta selama satu menit untuk menunjukkan simpati kepada korban serangan di Tunisia. 

"Saudariku, di sini benar-benar gila. Mereka mengheningkan cipta selama satu menit untuk Tunisia. Mereka kini hanya membicarakan pengeboman," ujar sang wartawan yang tengah menyamar tersebut kepada Abase. 

Percakapan tersebut dibalas Abase dengan singkat, yaitu hanya dengan "LOL," yang merupakan sebuah singkatan dari laugh out loud, atau tertawa terbahak-bahak.  

Mentor calon pengantin jihad

Selain membicarakan serangan di Tunisia, dalam percakapan itu Abase memberikan saran dan informasi terkait cara seorang gadis untuk membodohi orang tuanya agar bisa melarikan diri dari Inggris dan memasuki Suriah melalui Turki.

Percakapan tersebut juga mengungkapkan bahwa Abase mempunyai peran penting untuk merekrut dan menjadi mentor bagi gadis lainnya yang ingin bergabung dengan ISIS.

Wartawan yang tengah menyamar tersebut menghubungi Abase melalui Twitter. Dalam percakapan di media sosial itu, Abase bertanya kepada sang wartawan, "Apakah kamu berencana untuk melakukan hijrah (migrasi)?"

(Baca juga: Kisah Menegangkan Wartawati Memancing Cinta Militan ISIS)

Ketika wartawan tersebut menyatakan ingin hijrah, Abase memintanya untuk melanjutkan komunikasi lewat Kik Messenger. Percakapan keduanya pun berlanjut, salah satunya tentang berapa lama Abase tinggal di Suriah.

"Saya termasuk dalam tiga gadis asal Inggris tersebut, sehingga kami berada di sini sudah empat bulan. Ketika saya hijrah, saya masih berusia 15 tahun," kata Abase, dikutip dari Al-Arabiya.

Abase juga memberikan informasi dan saran terkait pembelian tiket pesawat, dan dia juga meminta rincian nomor kartu kredit dan nomor paspor dari wartawan yang tengah menyamar tersebut.

Kepada sang wartawan, Abase menyatakan bahwa dia tinggal di Raqqa. Dalam kehidupan di wilayah ISIS, para perempuan dikumpulkan ke dalam sebuah rumah penampungan bernama Maqqars, tanpa memiliki telepon selular dan akses ke internet hingga mereka menikah.

(Baca juga: Kisah Romansa Wanita Barat dengan Pejuang ISIS)

"Ketika kamu pertama kali datang ke Dawla (wilayah ISIS), kamu akan dimasukan ke sebuah rumah tempat perempuan ISIS berkumpul, dan kamu tidak boleh pergi keluar, tanpa internet dan ponsel. Kalau kamu ingin menikah, lebih baik kamu tahu dulu siapa nama lelaki yang kamu ingin kamu nikahi," ujar Abase.

Abase juga menyarankan untuk menggunakan jasa agen perjalanan Asia di Brick Lane, London Timur, yang kerap kali tidak banyak mengajukan pertanyaan tentang negara yang akan dituju. (ama/ama)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER