Douma, CNN Indonesia -- Tentara rezim Presiden Bashar al-Assad di Suriah membombardir kota Douma yang terletak di timur laut Damaskus pada Minggu dan Senin lalu. Serangan udara itu menyebabkan Douma luluh lantak dan lebih dari 100 orang terbunuh.
Dalam laporan lembaga HAM Observatory for Human Right yang dikutip Reuters, Senin (17/8), serangan udara pada Minggu lalu terjadi di sebuah pasar di Douma. Observatory mengatakan ini adalah salah satu serangan paling mematikan rezim Assad dalam empat tahun konflik Suriah yang telah menewaskan lebih dari 230 ribu orang, 20 ribu di antaranya anak-anak.
Serangan rezim Assad dilancarkan terhadap kota yang dikuasai militan pemberontak Tentara Islam. Namun dalam serangan tersebut, korban sipil paling banyak jatuh.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut juru bicara lembaga operasi penyelamatan di Douma, Pasukan Pertahanan Sipil Suriah, sebanyak 60 korban tewas dalam serangan Minggu lalu telah dikuburkan di dua kuburan massal. Sementara 35 lainnya dimakamkan pada Senin, korban tewas lebih dari 100 orang.
"Sangat sulit mengidentifikasi tubuh para martir. Beberapa dari mereka terbakar hingga ke tulang, jadi kami tidak bisa menambahkan ke daftar dokumentasi," kata pria 28 tahun yang menolak disebut namanya demi keamanan itu.
Sumber di kemiliteran Suriah mengatakan serangan udara di Douma dan sekitarnya itu bertujuan menyerang kelompok Tentara Islam, sebagai balasan terhadap serangan mereka ke kota lain di Suriah.
Namun kelompok oposisi National Coalition for Syrian Revolutionary and Opposition Forces mengatakan serangan itu bertujuan untuk menyebabkan jatuhnya korban sipil sebanyak mungkin. Anak-anak berada di antara korban tewas dalam serangan kemarin.
 Serangan udara rezim Bashar al-Assad meluluhlantakkan kota Douma di Suriah dan banyak menewaskan warga sipil. (Reuters/Bassam Khabieh) |
Utusan PBB untuk Suriah mengecam serangan udara itu, sementara Amerika Serikat mengatakan bahwa hal ini membuktikan bahwa Assad semakin kehilangan legitimasinya dalam memimpin serta menyerukan transisi politik.
"Menyerang pasar berisi penuh warga sipil yang menewaskan 100 warganya sendiri oleh sebuah pemerintah tidak bisa diterima dalam kondisi apa pun," kata utusan PBB Staffan de Mistura.
Kelompok oposisi politik Suriah mengatakan bahwa kekejaman Assad tidak akan berhenti dan konflik sulit reda jika serangan semacam itu dibiarkan tanpa hukuman.
"Setiap perundingan politik dan solusi damai dengan dibayangi pembantaian dan menghindarkan kriminal dari hukuman tidak akan berarti apa-apa dalam mewujudkan stabilitas di Suriah," kata Khaled Khoja, pemimpin koalisi oposisi Suriah yang berbasis di Turki.
(stu)