Penyerang Kereta Perancis Berniat Luncurkan Teror

Amanda Puspita Sari | CNN Indonesia
Rabu, 26 Agu 2015 00:45 WIB
Penyidik Perancis menyatakan pelaku penyerangan di kereta cepat Thalys di Perancis memiliki niat untuk melancarkan serangan teror.
Upaya penembakan dapat dihentikan dan pelaku ditahan setelah kereta tersebut dialihkan dan berhenti di Stasiun Arras, sebelah utara Perancis, sekitar 185 km dari Paris. (Reuters/Pascal Rossignol)
Jakarta, CNN Indonesia -- Penyidik Perancis, Francois Molins, yang melakukan investigasi soal serangan di kereta api cepat Thalys pekan lalu, menyatakan bahwa pelaku penyerangan memiliki niat untuk melancarkan serangan teror.

Dilaporkan Reuters, pernyataan Molins tersebut menampik pengakuan sang pelaku penyerangan, Ayoub el Khazzani, 25, bahwa dirinya hanya ingin merampok kereta rute Amsterdam-Paris itu.

Molins memaparkan bahwa saat ini para penyidik berupaya menuntut pria asal Maroko tersebut dengan tuduhan percobaan pembunuhan dalam upaya serangan teror.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ayoub el Khazzani menyaksikan rekaman audio dari YouTube ketika berada di dalam kereta Thalys. Dalam rekaman tersebut, seseorang menyerukan umat yang beriman untuk melawan dan mengangkat senjata atas nama Nabi," kata Molins pada konferensi pers di Paris.

Sementara, dilansir dari CNN, Molins mengungkapkan bahwa Khazzani membawa 200 peluru yang menjadi "bukti yang jelas adanya niatan untuk meluncurkan serangan teror."

"El Khazzani berniat untuk membunuh semua orang dalam kereta tersebut," ujar Molins ketika ditanya mengenai dugaan motif serangan tersebut.

Molins memaparkan bahwa selain dituntut atas tuduhan upaya pembunuhan dalam upaya teror, El Khazzani juga akan dituntut atas upaya pembunuhan massal dan menjadi anggota organisasi teroris.

Meski demikian, belum jelas organisasi apa yang terlibat dalam penyerangan tersebut.

Setelah empat hari menginterogasi Khazzani, Molins mengungkapkan bahwa Khazzani membeli tiket kereta kelas pertama sebesar 149 Euro atau sekitar Rp2,3 juta. Padahal, Khazzani bisa saja membeli tiket kereta yang sebelumnya yang lebih murah.

"Tampaknya ini serangan dengan target yang terencana," kata Molins.

Selain itu, Molins menyatakan Khazzani mengaku bahwa dia menemukan bungkusan beriri telepon senjata dan amunisi di sebuah taman kota dekat tempatnya tinggal sehari sebelum serangan.

"Dia berdalih bahwa ketika berada di atas kereta, dia tak punya niatan teror. Dia mengaku berniat untuk merampok uang penumpang, lalu memecahkan jendela untuk kabur," kata Molins.

Meskipun Khazzani mengklaim dia menghabiskan malam sebelumnya di sebuah bangku taman di Brussels, Belgia, Molins memaparkan bahwa Khazzani tinggal bersama saudarinya di Brusells, yang segera digeledah polisi pada Senin (24/8).

Khazzani telah masuk dalam radar penyidikan intelijen Spanyol pada Februari 2014, karena dinilai memiliki koneksi ke kelompok militan, sebelum dia bekerja di sebuah perusahaan telepon di Perancis.

Molins mengungkapkan Khazzani berada di Paris sekitar lima hinga tujuh bulan sebelum pergi ke sejumlah kota di Eropa lainnya, yaitu Brussels, Cologne dan Vienna.

Molins juga memaparkan bahwa Khazzani pernah berpergian ke Turki dari Berlin pada 10 Mei lalu. Dari Antakya, Turki selatan, Khazzani kemudian menuju Albania pada 4 Juni lalu. Selama rentang waktu tersebut, Khazzani dicurigai sempat menyambangi Suriah.

Khazzani menolak pernah pergi ke Turki.

Khazzani berupaya meluncurkan serangan di kereta cepat Thalys pada Jumat (21/8), tetapi upaya tersebut berhasil dihentikan oleh tiga penumpang, tiga warga AS dan satu warga Inggris yang kebetulan menumpangi kereta tersebut.

Insiden terjadi ketika ketiga warga AS terbangun saat mendengar kaca pecah dan melihat pria bertelanjang dada masuk sambil membawa senapan AK-47. Salah satu warga AS, Spencer Stone, langsung berlari menerjang Khazzani yang kesulitan menggunakan senapannya dan hanya berjarak 10 meter dari tempatnya duduk.

"Saya melihat pelaku dengan AK47 dan sepertinya senapannya macet, dia mencoba mengokangnya," kata Stone.

Bersama kedua kawannya, Anthony Sadler dan Alek Skarlatos, Stone menubruk Khazzani, mencoba mengambil senjata dari tangan pelaku dan mencekiknya. Seorang penumpang lainnya, Chris Norman, warga Inggris, ikut dalam pertarungan untuk menghentikan Khazzani.

Beruntung, upaya penembakan dapat dihentikan dan Khazzani ditahan setelah kereta tersebut dialihkan dan berhenti di Stasiun Arras, sebelah utara Perancis, sekitar 185 km dari Paris.

Tiga warga AS tersebut berasal dari Sacramento, California, yang tengah berlibur ke Eropa untuk merayakan kepulangan Skarlatos dari bertugas di Afghanistan.

Keempat penyelamat tersebut diganjar penghargaan tertinggi, Legion d'honneur, pada Senin (24/8) di Paris oleh residen Perancis Francois Hollande.

Sebelumnya, pengacara Khazzani menyatakan bahwa Khazzani hanya ingin merampok kereta dengan berdalih bahwa Khazzani tidak terlatih menggunakan senapan dan kondisi tubuhnya kekurangan gizi. (ama/ama)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER