Jakarta, CNN Indonesia -- China akan terus melawan separatisme di wilayah Tibet yang bergolak, kata Presiden China Xi Jinping. Ia juga menegaskan bahwa China tidak akan menerima usulan otonomi dari pemimpin spriritual Tibet di pengasingan, Dalai Lama.
Tahun ini menandai 50 tahun sejak China mengokupasi Tibet dan mendeklarasikan wilayah otonomi itu berada di bawah kekuasaan China.
Tahun ini juga adalah ulang tahun ke-80 Dalai Lama, yang telah melarikan diri ke India sejak pemberontakan yang gagal pada 1959.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada konferensi soal kepemimpinan Tibet yang berlangsung selama dua hari pekan ini—kali ini adalah yang keenam—Xi mengulangi posisi pemerintah China untuk kemerdekaan Tibet. Ia mengatakan akan melawan gerakan anti-separatisme.
"Kita harus melawan kegiatan separatis oleh kelompok Dalai," kata Xi, dikutip dari media pemerintah pada Selasa (25/8).
Dalai Lama membantah bahwa ia ingin kemerdekaan. Ia mengatakan hanya menginginkan otonomi seutuhnya untuk Tibet, yang dia sebut Jalan Tengah, namun dan dianggap Beijing sebagai dalih untuk memerdekakan diri.
"Yang disebut 'Jalan Tengah' pada dasarnya merupakan tuntutan politik pemecah-belah," kata departemen yang mengadakan pembicaraan dengan utusan Dalai Lama.
Para aktivis mengatakan China mencoba untuk membasmi kebebasan beragama dan budaya Tibet. China membantah hal itu, dab justru mengklaim telah mengakhiri perbudakan dan membawa pembangunan ke daerah terbelakang Tibet.
Xi menyerukan upaya untuk mempromosikan "patriotisme di kalangan Buddha Tibet dan mengelola biara dalam jangka panjang dengan efektif, mendorong interpretasi doktrin agama yang sesuai dengan masyarakat sosialis", kata media pemerintah.
Tibet berada di bawah pengamanan ketat, dan kunjungan media asing pun dibatasi.