PBB: Tentara Sudan Selatan Perkosa dan Bakar Warga Sipil

Denny Armandhanu/Reuters | CNN Indonesia
Rabu, 26 Agu 2015 15:43 WIB
Laporan ahli PBB disampaikan pada Dewan Keamanan yang akan menjatuhkan embargo pada Sudan Selatan jika tidak berdamai pada 6 September mendatang.
Laporan ahli PBB disampaikan pada Dewan Keamanan yang akan menjatuhkan embargo pada Sudan Selatan jika tidak berdamai pada 6 September mendatang. (Getty Images)
Jakarta, CNN Indonesia -- Konflik di Sudan Selatan antara dua kubu berkuasa telah banyak memakan korban warga sipil yang tidak berdosa. Menurut laporan PBB, tentara Sudan Selatan membunuhi dan memperkosa warga sipil.

Seperti diberitakan Reuters, laporan ini disampaikan para pengamat di PBB yang khusus mencermati sanksi untuk Sudan Selatan ke Dewan Keamanan.

DK PBB akan menjatuhkan embargo jika sebelum 6 September perjanjian damai antara dua kubu bertikai di perang saudara Sudan Selatan tidak tercipta.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Para ahli PBB dalam laporan itu menemukan bahwa tindakan tentara pemerintah Sudan antara April hingga Juli tahun ini merugikan masyarakat sipil yang kehidupan mereka tidak bisa kembali normal akibat konflik.

"Sejauh ini, tidak diragukan lagi, konflik sangat luar biasa dan warga sipil menjadi korban dari dua kubu yang bertikai," kata para ahli dalam laporan mereka ke DK PBB.

Ahli PBB mengatakan, tentara sekutu pemerintah memiliki "kebijakan bakar bumi" yang membumihanguskan satu desa, termasuk warga di dalam sebuah rumah, memerkosa wanita dan menculik anak-anak.

Tentara pendukung pemerintah juga memburu warga sipil selama berhari-hari di daerah rawa.

Kepala bantuan PBB Stephen O'Brien mengatakan pada DK PBB Selasa lalu bahwa tingkat kekejaman terhadap warga sipil sangat mengerikan.

"Salah seorang saksi di Negara Bagian Rubkona mengatakan bahwa dia melihat tentara pemerintah memerkosa beramai-ramai seorang ibu yang menyusui setelah menyingkirkan anaknya," kata O'Brien.

Perang saudara di Sudan Selatan terjadi sejak Desember 2013 saat krisis politik menyebabkan perseteruan antara para pendukung Kiir dan pemberontak yang memihak mantan wakil presiden Riek Machar.

Konflik politik ini berujung pada perang antar etnis, antara suku Dinka pendukung Kiir dengan etnis Nuer yang merupakan loyalis Machar. Diperkirakan sekitar 50 ribu orang tewas dalam konflik ini dan lebih dari 1,8 juta warga mengungsi.

Kiir disinyalir akan menandatangani perjanjian damai pada Rabu, sementara Machar telah menandatanganinya pekan lalu.

Sebelumnya pemerintah Sudan Selatan meningkatkan anggaran militer darurat mereka sebesar US$850 juta untuk memenangkan perang saudara ini. (den)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER