PBB: Tentara Sudan Selatan Melecehkan dan Membakar Perempuan

Ike Agestu/Reuters | CNN Indonesia
Rabu, 01 Jul 2015 15:47 WIB
PBB menuduh pasukan Sudan Selatan dan sekutunya melakukan pelecehan seksual terhadap perempuan dan anak-anak serta membakar hidup-hidup beberapa diantaranya.
Sejak Desember 2013, pasukan SPLA yang loyalis Presiden Salva Kiir memerangi pasukan yang setia kepada pemimpin pemberontak Riek Machar, mantan wakil presiden. (Tiksa Negeri)
Jakarta, CNN Indonesia -- PBB menuduh pasukan Sudan Selatan dan sekutunya melakukan pelecehan seksual terhadap perempuan dan anak-anak perempuan serta membakar hidup-hidup beberapa dari mereka dalam pertempuran baru-baru ini.

Misi PBB di Sudan Selatan, atau UNMISS, mengatakan temuan itu berasal dari laporan berdasar pada wawancara dengan 115 korban dari beberapa distrik, di mana pasukan SPLA pemerintah melancarkan serangan terhadap pemberontak pada akhir April lalu.

Sudan Selatan, negara termuda di dunia dan salah satu yang termiskin, pecah dalam konflik sejak Desember 2013. Pasukan SPLA yang loyalis Presiden Salva Kiir memerangi pasukan yang setia kepada pemimpin pemberontak Riek Machar, mantan wakil presiden.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Yang selamat dari serangan ini melaporkan bahwa SPLA dan sekutu milisinya dari Mayom County menyerang penduduk setempat dan menewaskan warga sipil, menjarah dan menghancurkan desa-desa dan membuat lebih dari 100 ribu orang terusir,” kata UNMISS.

Amerika Serikat menginginkan Dewan Keamanan PBB melangsungkan pertemuan terkait laporan PBB tersebut dalam beberapa hari mendatang, kata Wakil Duta Besar AS untuk PBB, David Pressman, pada Selasa (29/6).

UNMISS mengatakan bahwa petugasnya menemukan bahwa banyak penculikan dan pelecehan dilakukan terhadap perempuan dan anak perempuan, beberapa di antaranya dilaporkan dibakar hidup-hidup di tempat tinggal mereka.

“Serangan (dalam pertempuran) ini tidak hanya ditandai dengan tuduhan pembunuhan, pemerkosaan, penculikan, penjarahan, pembakaran dan pengungsian, tetapi oleh kebrutalan dan intensitas baru,” bunyi laporan itu.

Laporan UNMISS menambahkan bahwa "tingkat kekejaman" tercermin lebih dari perbedaan politik.

Konflik juga jadi meluas menjadi pertentangan konflik, antara kelompok etnis Kiir, Dinka, melawan kelompok etnis Machar, Nuers.

UNMISS mengatakan mereka berusaha mengunjungi lokasi yang menjadi tempat kekejaman secara langsung, namun SPLA selalu menolak memberikan akses.

UNMISS mengatakan mereka memberi laporan tersebut kepada Kementerian Luar Negeri Sudan Selatan sebelum merilis tetapi para pejabat tidak berkomentar. Jru bicara SPLA telah membantah tuduhan tersebut di masa lalu, tetapi menyambut penyelidikan. (stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER