Rajin, CNN Indonesia -- Hujan lebat yang menyebabkan banjir telah menewaskan 40 orang di Korea Utara serta menyebabkan ribuan warga lainnya terdampar.
Diberitakan Reuters, Rabu (26/8), juru bicara Palang Merah Internasional, Hler Gudjonsson mengatakan lebih dari 11 ribu orang terpaksa meninggalkan rumah mereka untuk menghindari banjir yang melanda timurlaut Kota Rajin dekat perbatasan dengan Rusia dan China.
Rajin adalah ibukota Zona Ekonomi Khusus Rason di Provinsi Hamgyong Utara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Hujan sangat deras dan cepat. Pada Sabtu pagi kota itu sudah banjir, serta mobil mengambang seperti perahu," ujar seorang sumber di daerah banjir kepada Reuters.
Masih belum jelas dampak apa yang akan diberikan banjir ini kepada negara, yang sebelumnya, pada Juni, mengalami kekeringan terparah selama seabad terakhir.
Namun, Korea Selatan mengatakan pada Juli bahwa hujan sudah turun di Korea Utara, meredakan kekeringan di sana.
Media pemerintah Korut mengatakan, 40 orang tewas dan terjadi kerusakan parah setelah curah hujan mencapai 250 mm pada minggu lalu. Mereka menambahkan, setidaknya 155 mm curah hujan turun pada Sabtu.
Menurut situs berita China, setelah terjadi hujan deras di Rajin, pihak otoritas China bekerja sama dengan penjaga perbatasan Korea Utara untuk mengevakuasi 484 turis asal China, mereka terdampar ketika satu-satunya akses ke perbatasan hanyut.
Dilansir Reuters, banyak dari turis China itu sedang mengunjungi pameran perdagangan di Rajin.
Untuk membantu turis China di sana, pihak otoritas Negeri Panda itu mengirimkan truk sampah, mesin pengangkat barang dan peralatan berat lainnya ke Rajin.
Pihak kantor pemerintah di Hunchun, China, tidak menjawab telepon ketika Reuters mencoba menghubungi mereka.
Cuaca buruk di Rajin, dikaitkan dengan Topan Goni yang melanda Filipina pada Sabtu, menewaskan empat warga.
Walaupun Korea Utara tidak langsung terkena Topan Goni, namun mereka merasakan dampak banjirnya.
Dataran tinggi di daerah ini kerap dijadikan lahan pertanian sehingga hutan untuk menyerap air kian terkikis. Hasilnya, air hujan langsung mengalir ke desa-desa atau kota di bawahnya, dan sering menyebabkan banjir.
Menurut OCHA, badan koordinasi kemanusiaan PBB, peristiwa yang sama juga terjadi Agustus lalu di Rajin, menewaskan 21 orang dan 3.400 warga mengungsi.
Sumber di lokasi juga mengatakan bahwa "Ladang di sana terendam air, sawah terlihat seperti danau," tutur sumber yang menolak untuk disebut namanya.
(den)