Jakarta, CNN Indonesia -- Istana kepresidenan Korea Selatan, Blue House menyatakan pada Sabtu (22/8) bahwa Korsel siap menanggapi provokasi lebih lanjut dari Korea Utara. Pernyataan ini dirilis Korea Selatan sehubungan dengan ancaman dari Korut agar Korsel menghentikan propaganda anti-Pyongyang. Jika tidak, Korut mengancam melakukan aksi militer.
Ketegangan di semenanjung Korea terus meningkat utamanya setelah baku tembak artileri terjadi pada Kamis (20/8). Korsel menembakkan artileri sebagai balasan atas serangan Korut yang memprotes propaganda Pyongyang menggunakan pengeras suara di perbatasan sejak 10 Agustus lalu.
Serangan Korsel ini dibalas dengan pernyataan siap perang dari pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, pada Jumat (21/8). Kim memerintahkan seluruh tentara Korut di perbatasan dipersenjatai dengan penuh dan memberikan tenggat waktu bagi Seoul hingga pukul 5 sore untuk menghentikan propaganda anti-Pyongyang di sepanjang perbatasan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
PBB, AS, dan sekutu utama Korut, China, meminta kedua Korea ini untuk menenangkan situasi.
Korea Utara dan Korea Selatan secara teknis masih berperang karena perang sipil antara kedua Korea yang terjadi pada 1950-1953 berakhir dengan gencatan senjata, bukan dengan perjanjian.
Sementara, Seoul menyatakan akan melanjutkan siaran kecuali Korea Utara bertanggung jawab atas serangan ranjau darat di Zona Demiliterisasi (DMZ) yang melukai dua tentara Korea Selatan bulan ini. Tuduhan ini dibantah Pyongyang.
Wakil Menteri Pertahanan Korsel, Baek Seung-joo menyatakan pada Jumat pemerintahnya memprediksi Korea Utara akan meluncurkan tembakan ke 11 tempat yang menjadi lokasi propaganda pengeras suara anti-Pyongyang.
Dilaporkan kantor berita Yonhap, mengutip sumber militer, pada Sabtu (22/8) terdapat tanda-tanda militer bahwa Korut sedang bersiap menyerang pengeras suara dan melemparkan artileri ke dekat perbatasan. Informasi ini masih didalami oleh Kementerian Pertahanan Korsel.
"Blue House dengan tenang mengamati situasi dan siap untuk merespon kuat terhadap setiap provokasi tambahan (dari Korea Utara)," kata juru bicara Blue House, dikutip dari Reuters.
Selain itu, Korea Selatan menginstruksikan agar seluruh staf pemerintah untuk melakukan tugas darurat mulai Jumat (21/8). Hal ini berarti staf pemerintah harus bekerja hingga pukul 11 malam, termasuk saat akhir pekan.
Korea Utara dan Korea Selatan kerap saling mengancam selama bertahun-tahun. Puluhan tentara dari kedua Korea tewas dalam bentrokan, tetapi kedua negara kemudian selalu menarik diri agar peperangan besar tidak terjadi. Para pakar memperkirakan situasi ini akan kembali membaik.
Meski demikian, ketegangan yang meningkat antara kedua Korea merupakan pukulan bagi upaya Presiden Korea Selatan, Park Geun-hye untuk meningkatkan kembali hubungan Utara-Selatan, yang beku sejak Korut menenggelamkan kapal perang Korsel pada 2010 lalu. Tuduhan ini dibantah Korut.
Sementara, Perwira senior militer AS, Jenderal Martin Dempsey, menegaskan kembali komitmen Washington untuk bersekutu dengan Korea Selatan. AS juga akan melanjutkan latihan gabungan tahunan dengan Korea Selatan, yang berlangsung sejak Senin (17/8) dan berakhir pada Jumat pekan depan. AS memiliki 28.500 personel militer di Korea Selatan.
(ama/ama)