Jakarta, CNN Indonesia -- Sejumlah pejabat Amerika Serikat pada Senin (31/8) mengungkapkan mereka tengah mempertimbangkan sanksi terhadap perusahaan dan individu China pasca sejumlah serangan siber terhadap perusahaan AS.
Dilaporkan Reuters, para pejabat AS yang tak ingin namanya dipublikasikan, menyatakan tidak ada keputusan akhir soal pemberian sanksi. Namun, pemberian sanksi ini diperkirakan akan membuat hubungan China dengan AS semakin renggang, meski Presiden China Xi Jinping akan mengunjungi AS pada paruh kedua bulan September.
Pertama kali dilaporkan oleh The Washington Post, pemberian sanksi diperkirakan akan terjadi dalam beberapa minggu ke depan. Dalam laporan media tersebut, perusahaan dari negara lain juga mungkin saja dikenakan sanksi, meskipun tidak menyebutkan Rusia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pejabat itu menyatakan bahwa sanksi atas individu maupun perusahaan China bisa saja terjadi sebelum kunjungan Xi, yang dijadwalkan akan makan malam resmi dengan Presiden AS, Barack Obama.
Terkait tuduhan ini, Kedutaan Besar Rusia tidak bersedia memberikan komentar. Sementara, pemerintah China membantah terlibat dalam peretasan database AS dan juga mengklaim telah menjadi korban serangan siber.
"Pemerintah China kukuh menjunjung tinggi keamanan siber, tegas menentang dan memerangi segala bentuk serangan siber sesuai dengan hukum," kata juru bicara Kedutaan Besar China di AS, Zhu Haiquan dalam sebuah pernyataan.
Zhu menyatakan China menginginkan peningkatan dialog dan kerja sama dengan Amerika Serikat dan bahwa "spekulasi yang tak beralasan ataupun tuduhan tidak membantu memecahkan masalah."
Pemerintah AS mengalami serangkaian serangan siber dalam beberapa bulan terakhir, termasuk Kantor Manajemen Personalia, yang memiliki data tentang pegawai pemerintah dan mata-mata asing. Para pejabat AS menduga bahwa serangan itu berasal dari China.
Sanksi yang saat ini sedang dipertimbangkan Washington tidak akan menargetkan tersangka peretas dari pemerintahan, tetapi diperkirakan akan menargetkan individu dan perusahaan China yang diyakini bertanggung jawab atas serangan siber tersebut.
Jika sanksi ini jadi diputuskan, sanksi ini akan menjadi langkah utama dari perintah eksekutif yang ditandatangani oleh Obama pada April lalu untuk menindak para peretas asing yang dituduh menembus sistem komputer AS.
Para pejabat AS menolak menyebutkan nama individu maupun perusahaan asing yang kemungkinan menerima sanksi tersebut, untuk menghindari perusahaan asing menyembunyikan aset mereka.
Seorang pejabat AS yang tak dipublikasikan namanya menyatakan bahwa sanksi yang dikenakan pada individu atau perusahaan asing secara efektif tidak akan membolehkan mereka menggunakan sistem keuangan AS, yang dinilai dapat mematikan bisnis mereka.
(stu)