LAPORAN DARI TURKI

Pertemuan Petinggi G20 Dihantui Ketidakpastian Fed Rate

Denny Armandhanu | CNN Indonesia
Minggu, 06 Sep 2015 02:40 WIB
Muncul dua pandangan berbeda terkait rencana The Fed, yaitu antara menaikkan secepatnya atau menunda tahun depan.
Juru bicara G20, Ayse Sinirlioglu, berbincang soal KTT G20 kepada CNN Indonesia di Ankara, Turki, Rabu (2/9). (Antara Foto/Puspa Perwitasari)
Ankara, CNN Indonesia -- Ketidakpastian soal kenaikan suku bunga acuan atau Fed Funds Rate merupakan salah satu isu yang mendominasi Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral di Ankara, Turki, Sabtu (5/9). Muncul dua pandangan berbeda terkait rencana The Fed tersebut, yaitu antara menaikkan secepatnya atau menunda tahun depan.

"Banyak yang mengantisipasi perekonomian Amerika yang akan ada peningkatan Fed Fund Rate. Di forum banyak yang berpandangan, peningkatan sebaiknya dilakukan secepatnya. Sedangkan negara maju merasa perlu melihat ada satu perkembangan yang kuat sebelumnya peningkatan Fed Funds Rate," kata Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo, yang ditemui usai pertemuan tersebut.

Dalam pertemuan itu, lanjut Agus, negara-negara berkembang mendesak agar ketidakpastian soal kenaikan suku bunga acuan tidak berlarut-larut sehingga mengguncangkan pasar finansial dunia dan tidak baik untuk stabilitas pasar. Jika pun harus naik, mereka juga berharap kenaikannya tidak terlalu besar dan dilakukan secara berkala.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ketidakpastian itu karena perkembangan ekonomi di Amerika, kenaikan harga komoditas dan langkah perekonomian Tiongkok," ujar Agus lagi.

Ketidakpastian ini terjadi di tengah perlambatan ekonomi global yang diakui oleh semua petinggi keuangan negara anggota G20. Dalam komunike dikatakan, negara G20 berkomitmen mengambil langkah yang berani untuk pemulihan ekonomi dan menyakini perekonomian akan segera kembali bangkit.

Penurunan perekonomian global juga memicu kekhawatiran tidak terwujudnya target perkembangan dua persen dalam lima tahun ke depan yang dicanangkan dalam KTT G20 tahun lalu di Brisbane, Australia.

Wakil Perdana Menteri Turki Cevdet Yilmas dalam konferensi pers mengatakan bahwa dampak soal kenaikan suku bunga acuan akan diketahui setelah pengumuman resmi dilakukan.

Perlambatan ekonomi, kata dia, salah satu indikasinya adalah volatilitas pasar finansial, ditambah dengan kian lebarnya jurang ketidaksetaraan ekonomi.

"Dunia perlu kerja sama yang lebih baik dari negara-negara kunci dan keputusan yang lebih efektif. Tidak hanya makro ekonomi yang perlu dibenahi, tapi juga reformasi struktural," kata Yilmas.

Perkara reformasi struktural juga disampaikan oleh Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde, yang mengatakan bahwa angka pertumbuhan, investasi, dan infrastruktur sangat rendah. Satu-satunya yang meningkat, lanjut dia, adalah jumlah pengangguran.

"Intinya, perlu ada komitmen kebijakan yang baru, pemahaman yang lebih baik soal inter-koneksi antara negara-negara, diskusikan soal apa kebijakan yang akan diambil The Fed, melalui pertemuan yang mendiskusikan hal ini dengan luas dan dalam," kata Lagarde.

Agus menegaskan bahwa perbaikan ekonomi harus dilakukan secara bersama-sama dan terkoordinasi. Terkait China yang melakukan devaluasi, Agus mengatakan bahwa Beijing menjelaskan alasan langkahnya tersebut dan memaparkannya dengan pertimbangan yang kuat.

"China menjelaskan bahwa mereka punya pertimbangan yang kuat kenapa harus devaluasi. Tapi negara-negara berharap negara besar dapat melakukan komunikasi terbuka dan berkoordinasi untuk mencegah spill-over pada negara berkembang," ujar Agus.

Selain soal antisipasi kenaikan suku bunga acuan dan reformasi demi pertumbuhan ekonomi, pertemuan tersebut juga menghasilkan berbagai komitmen yang akan dibawa dalam KTT G20 November mendatang di Kota Antalya.

Salah satunya soal kesepakatan perlunya pendanaan besar untuk investasi jangka panjang. Selain itu dibahas juga soal mengatasi terorisme dengan menutup aliran dana kepada kelompok-kelompok ekstrem.

Menurut Yilmas, pertemuan tersebut juga membahas soal integrasi sistem keuangan Islam dengan sistem keuangan global.

"Keuangan Islam memiliki potensi untuk memberikan pendanaan baru bagi investor di masa depan, terutama untuk sektor infrastruktur. IMF dan Bank Dunia nantinya akan membangun lingkungan untuk keuangan Islam dan mengintegrasikannya dalam sistem global," ujar Yilmas. (obs)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER