Jakarta, CNN Indonesia -- Akibat penempatan ucapan selamat dari beberapa petinggi negara yang dipampang di harian terkemuka, beberapa pengamat melihat adanya kerenggangan hubungan antara Korea Utara dan China.
Seperti dilansir Channel NewsAsia, setiap tahunnya, beberapa pemimpin negara mengucapkan selamat atas berdirinya negara Korut pada 1948 silam.
Di halaman muka harian Korut, Rodong Sinmun, pada Rabu (9/9), terpampang ucapan selamat dari Presiden Rusia, Vladimir Putin, dan Presiden Kuba, Raul Castro. Sementara itu, ucapan selamat atas peringatan 67 tahun berdirinya Korut dari Presiden China, Xi Jinping, dipajang di halaman dua bagian bawah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut profesor dari University of North Korean Studies, Yang Moo-jin, penempatan ucapan selamat tersebut mengindikasikan tumbuhnya dendam Pyongyang terhadap Beijing.
"Secara publik, ini memperlihatkan bahwa China berada di tempat ketiga di belakang Rusia dan Kuba meskipun China masih merupakan sekutu paling dekat," ujar Yang.
Tali persaudaraan kedua negara terikat sejak pertumpahan darah dari tentara China yang bertarung bersama Korut saat perang Korea pecah pada 1950-1953. Mao Zedong bahkan menggambarkan kedekatan Korut dan China bagai bibir dan gigi.
Namun, ikatan mulai merenggang selama beberapa tahun belakangan karena Beijing merasa gerah terhadap sikap provokatif Pyongyang yang enggan menahan diri, terutama dalam program nuklir.
Sejak menggantikan Kim Jong-Il, pemimpin Korut, Kom Jong-Un, bahkan belum pernah bertemu dengan Xi. Sementara itu, Xi sudah enam kali duduk bersama Presiden Korea Selatan, Park Geun-hye.
"Pyongyang jengkel dengan dugaan kurangnya penghormatan Beijing terhadap Kim Jong-un. Hal ini membuat Korut berpikir bahwa pemimpin muda mereka dianggap masih remaja," kata Yang.
(stu/stu)