Bangkok, CNN Indonesia -- Pria yang diduga menjadi dalang dari pengeboman mematikan bulan lalu di Bangkok telah berangkat ke China dari Bangladesh sekitar 12 hari lalu. Upaya Malaysia untuk melacak pria itu juga tak membuahkan hasil, menurut polisi Thailand, Jumat (11/9).
Tak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas pengeboman pada 17 Agustus di kuil Erawan yang merupakan salah satu daya tarik wisata di Bangkok. Sebanyak 20 orang tewas akibat bom, 14 diantaranya adalah warga asing, termasuk seorang warga negara Indonesia.
Pria yang dipercaya polisi Thailand sebagai dalang pengeboman telah melarikan diri pada malam pengeboman, menghabiskan dua minggu di Bangladesh, lalu terbang dari ibu kota Dhaka ke Beijing pada 30 Agustus lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Kami mengecek namanya, tanggal kedatangan, nomor paspornya dengan departemen imigrasi. Kami menemukan bahwa itu benar dan ia berangkat dari bandara yang sama (Beijing),” kata AKM Shahidul Hoque, inspektur jenderal kepolisian Bangladesh.
Hoque mengatakan nama yang tertera di Bangkok adalah Abu Dustar Abdulrahman. Ia juga mengatakan anggotanya juga mengecek ke hotel pria itu.
Di Beijing, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Hong Lei mengatakan ia tidak tidak mengetahui apakah terduga telah terbang ke China dari Bangladesh.
“Kasus ini masih diselidiki,” kaya Hong.
Kepolisian Thailand mengatakan bahwa militan internasional bertanggung jawab atas serangan namun tak mengatakan siapa atau apa motif serangan.
Suchart Teerasawat, seorang inspektur jenderal dari kepolisian Thailand, mengatakan ia berada di Malaysia pekan lalu, untuk mencari jejak seorang pria berbaju kuning yang terekam kamera CCTV sesaat sebelum bom meledak di kuil Erawan. Ia dikhawatirkan menyeberang ke Malaysia lewat perbatasan Thailand Selatan.
“Kami telah berkoordinasi dengan polisi Malaysia,” kata dia.
Investigasi panjang bom Bangkok memperoleh momentum setelah penangkapan dua orang tersangka, salah satunya dengan nama paspor Yusufu Mieraili.
Ia mengaku memiliki sebuah tas berisi alat peledak dan mengatakan seorang pria lain, Abu Dustar Abdulrahman, yang juga diketahui sebagai Izan, telah memberikan perintah kepada para pelaku.
Polisi Bangkok telah melacak pria itu sampai ke Bangladesh.
Menurut sumber dilpomatik Reuters, visa Thailand untuk kedua pria itu dikeluarkan di Kuala Lumpur, dengan paspor China atas nama Abu Dustar Abdulrahman dan Yusufu Mieraili, masing-masing pada Oktober 2014 dan Februari 2015.
Penggunaan paspor China oleh pelaku yang satu diantaranya tertulis lahir di Xinjiang, menambah spekulasi bahwa pengeboman kemungkinan merupakan serangan balas dendam oleh Muslim Uighur.
Thailand dikritik oleh dunia internasional ketika merepatriasi 109 warga Uighur kembali ke China. Banyak pihak yang mengkhawatirkan jika dipulangkan, maka mereka akan dieksekusi oleh Beijing.
Banyak wara Uighur melarikan diri lewat Asia Tenggara untuk menuju Turki, negara dengan diaspora Uighur terbanyak setelah China.
(stu)