Guru Anak-anak Pengungsi Afghanistan Terima Penghargaan PBB

Melodya Apriliana/Reuters | CNN Indonesia
Selasa, 15 Sep 2015 10:59 WIB
Aqeela Asifi mendedikasikan hidupnya untuk memberi pendidikan kepada anak perempuan pengungsi Afghanistan di Pakistan.
Anak perempuan Afghanistan yang mengungsi di wilayah Pakistan banyak yang awalnya tak dibolehkan sekolah di ruang-ruang kelas. (Reuters/Fayaz Aziz)
Jakarta, CNN Indonesia -- Seorang guru yang telah mendedikasikan hidupnya untuk mengajar anak-anak perempuan pengungsi Afghanistan memenangkan penghargaan khusus dari Badan Pengungsi PBB, UNHCR. Ia juga dianggap menantang budaya seksisme dengan mendirikan kelas di tenda-tenda darurat.

Aqeela Asifi, 49 tahun, meninggalkan Kabul bersama keluarganya pada 1992, hingga akhirnya hidup di pemukiman pengungsi terpencil di Kot Chandra, di wilayah Punjab, Pakistan. Di sana, anak-anak perempuan tidak diizinkan belajar di kelas.

Meski minim sumber daya, ia berhasil meyakinkan para orang tua untuk mengirim anak-anaknya ke sekolah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut UNHCR, hari ini, lebih dari seribu anak-anak menimba ilmu di sekolah permanen di desa tersebut, walau sekitar 80 persen anak-anak pengungsi Afghanistan di Pakistan masih putus sekolah.

Penghargaan Pengungsi Nansen sebelumnya dimenangkan oleh Eleanor Roosevelt dan Luciano Pavarotti.

Perayaan kemenangan Asifi akan dihelat bulan depan di Jenewa, Swiss, dan pemenang mendapatkan US$100 ribu (setara Rp1,4 miliar) sebagai dana proyek untuk membantu apa yang sedang dilakukannya.

"Saat Anda punya ibu dan berpendidikan, hampir bisa dipastikan Anda akan punya keturunan yang juga berpendidikan," tutur Asifi.

”Saya berdoa suatu hari orang-orang akan ingat Afghanistan, bukan karena perang, namun karena standar pendidikannya,” harapnya, dikutip dari Reuters, Selasa (15/9).

Kurangnya kesempatan bagi perempuan untuk mendapat pendidikan di Afghanistan pernah disorot oleh Malala Yousafzai, remaja Pakistan pemenang hadiah Nobel Perdamaian tahun lalu atas kerja kerasnya mengampanyekan hak perempuan untuk bersekolah. Malala sempat ditembak di kepala oleh penembak Taliban tahun 2012 akibat aksinya itu.

"Berinvestasi untuk pendidikan pengungsi akan memberi peran penting bagi anak-anak untuk memutus siklus ketidakstabilan dan konflik," kata Antonio Guterres, kepala UNHCR.

UNHCR mengklaim saat ini ada sekitar 2,6 juta pengungsi Afghanistan yang hidup di pengasingan, sekaligus menjadi komunitas pengungsi terbesar di dunia.

Sejak kekuasaan Taliban digulingkan pada 2001, jutaan orang telah kembali pulang, namun kondisi tetap tidak aman. Baru-baru ini, Taliban meluncurkan gelombang serangan di Kabul. Serangan itu menewaskan lebih dari 50 orang dan membawa dampak negatif bagi hubungan Pakistan-Afghanistan.

Afghanistan dan Pakistan telah lama saling menuding dan menyangkal perihal melindungi kelompok Taliban dan militan Islam lainnya yang melakukan serangan di dalam wilayah mereka. (stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER