Putra Mullah Omar Pastikan Ayahnya Meninggal Secara Wajar

Amanda Puspita Sari/Reuters | CNN Indonesia
Senin, 14 Sep 2015 19:26 WIB
Di tengah sengketa kepemimpinan Taliban, putra sulung Mullah Omar menegaskan pendiri Taliban Afghanistan itu meninggal secara wajar.
Menurut rekaman audio putra sulung Mullah Omar ayahnya tidak menunjuk pengganti untuk memimpin Taliban. Pernyataan ini tentu memicu spekulasi soal terpilihnya Mullah Mansour sebagai pemimpin kelompok itu. (Reuters/National Counterterrorism Center)
Jakarta, CNN Indonesia -- Mullah Mohammad Yaqoob, putra sulung pendiri Taliban Afghanistan, Mullah Omar, merilis rekaman audio yang menyatakan ayahnya meninggal secara wajar pada Minggu (13/8). Rekaman ini dirilis di tengah sengketa kepemimpinan Taliban Afghanistan yang mencuat sejak kabar meninggalnya Mullah Omar. 

Dilaporkan Reuters, dalam rekaman tersebut Yaqoob menyerukan persatuan kelompok Taliban Afghanistan di tengah sengketa yang dapat mengancam proses perdamaian dengan pemerintah Afghanistan, maupun memperluas pengarus kelompok militan ISIS. 

Sengketa kepemimpinan dalam Taliban muncul ketika pada Juli lalu, kelompok ini secara resmi mengkonfirmasi bahwa Mullah Omar telah meninggal lebih dari dua tahun, setelah agen intel Afghanistan membocorkan informasi itu. 

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Keesokan harinya, para petinggi Taliban mengadakan pertemuan secara cepat dan menunjukan wakil Omar, Mullah Mansour, sebagai pemimpin.

Banyak komandan dan keluarga Omar tidak setuju dengan pengangkatan Mansour. Para pengikutnya mempertanyakan alasan Mansour menyembunyikan berita kematian Omar selama dua tahun. Mansour berdalih hal ini diperlukan agar persatuan tetap terjaga di tengah penarikan pasukan NATO pada 2014. 

Meski demikian, berbagai rumor dan spekulasi tentang kematian Mullah Omar hingga saat ini belum terungkap. Saya ingin meyakinkan Anda bahwa dia meninggal secara wajar. 

"Dia telah lama sakit tetapi kondisinya terus memburuk. Menurut pemeriksaan dokter, Mullah Omar menderita HCV (Hepatitis C)." bunyi pernyataan Yaqoob. 

"Dia berada di Afghanistan bahkan setelah invasi yang dipimpin AS di Afghanistan. Dia meninggal di sana dan dikuburkan di sana," kata Yaqoob. 

Tidak menunjuk pengganti

Ini merupakan kali pertama Yaqoob merilis rekaman audio. Dalam rekaman tersebut, Yaqoob menampik bahwa ayahnya telah menunjuk penggantinya untuk memimpin Taliban. Pernyataan ini tentu memicu spekulasi soal penunjukkan Mansour sebagai pemimpin Taliban. 

"Dia tidak menunjuk salah satu anggota sebagai penggantinya," kata Yaqoob.

Mansour adalah tokoh yang dinilai sebagai pakar taktik yang kuat dan didukung oleh beberapa komandan lapangan yang paling kuat di Taliban. Mansour juga memiliki hubungan baik dengan kelompok militan di negara tetangga Pakistan, yang sering dituduh mendukung pemberontakan di Afghanistan. 

Tapi kemauan Mansour untuk bergabung dalam pembicaraan damai dengan pemerintah Afghanistan tahun ini memicu kekhawatiran di antara beberapa komandan kelompok ini, yang khawatir dia terlalu dekat dengan pejabat intelijen Pakistan.

Para pemberontak Afghanistan khawatir Pakistan memanipulasi gerakan Taliban untuk mengambil keuntungan sendiri.

"Musuh kita adalah pemerintah Afghanistan yang didukung AS. Ada beberapa negara-negara Islam yang juga berdiri di samping musuh-musuh kita," kata Yaqoob. 

Selain itu, sejumlah milisi yang sebelumnya berafiliasi dengan Taliban telah berbaiat setia kepada kelompok militan ISIS yang kini menguasai sebagian wilayah Irak dan Suriah.

Namun dalam rekaman tersebut, Yaqoob, 27, tidak mengklaim kepemimpinan.

"Jika persatuan bisa kembali dengan kematian saya, saya bersedia untuk melaksanakan bunuh diri. Kami siap melakukan apapun yang diminta dewan. Kami siap bekerja di tingkat yang tinggi atau tingkat yang lebih rendah," kata Yaqoob. (stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER