China Bangun Landasan Pacu Ketiga di Laut Sengketa

Denny Armandhanu/Reuters | CNN Indonesia
Selasa, 15 Sep 2015 12:43 WIB
Dalam citra satelit terbaru yang dipublikasi, China terlihat memulai persiapan untuk membangun landasan udara militer sepanjang 3.000 meter di pulau buatan.
Dalam citra satelit terbaru yang dipublikasi, China terlihat memulai persiapan untuk membangun landasan udara militer sepanjang 3.000 meter di pulau buatan. (Reuters/CSIS Asia Maritime Transparency Initiative)
Jakarta, CNN Indonesia -- China diduga tengah memulai persiapan untuk membangun landasan pacu ketiga di wilayah sengketa Laut China Selatan. Hal ini dibuktikan oleh citra satelit yang diambil pekan lalu.

Diberitakan Reuters, Senin (14/8), citra satelit tersebut diambil oleh lembaga Center for Strategic and International Studies, CSIS, menunjukkan dimulainya pembangunan di Mischief Reef, satu dari tujuh pulau yang direklamasi oleh China di gugusan Spratly.

Gambar itu menunjukkan pembangunan tembok di wilayah sepanjang 3.000 meter. Tembok ini persis seperti konstruksi serupa di dua pulau lainnya di Spratly, yaitu Subi dan Fiery Cross, seperti disampaikan Greg Poling, direktur Inisiatif Transparansi Maritim Asia di CSIS, AMTI.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jelas apa yang kita lihat saat ini adalah pembangunan landasan pacu sepanjang 3.000 meter dan kami telah melihat pembangunan fasilitas pelabuhan untuk kapal," ujar Poling.

Sebelumnya dalam citra satelit yang diambil Juni lalu terlihat China hampir merampungkan landasan pacu sepanjang 3.000 meter di Fiery Cross.

Pakar keamanan mengatakan, landasan pacu sepanjang itu cukup untuk mengakomodasi semua pesawat tempur China, memberikan jangkauan lebih baik bagi Beijing untuk menggapai wilayah maritim Asia Tenggara.

Jika rampung, ketiga landasan pacu ini akan menjadi ancaman bagi armada udara yang melintasi wilayah sengketa antara China dan negara-negara Asia. Poling mengatakan, kekhawatiran akan bertambah besar jika China memasang sistem pertahanan udara canggih di pulau buatan tersebut.

Dia melanjutkan, Filipina adalah pihak yang paling dirugikan dalam hal ini. Dengan pulau buatan, China dapat dengan mudah meningkatkan patroli di Reed Bank, tempat Filipina mengeksplorasi minyak dan gas.

Belum ada komentar dari Filipina terkait laporan ini.

Ditanya soal citra satelit itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hong Lei menegaskan bahwa klaim China atas Spratly adalah "kedaulatan yang tidak tergoyahkan" dan mereka berhak membangun fasilitas militer di tempat itu.

Sementara itu juru bicara Departemen Pertahanan Amerika Serikat, Bill Urban, mengatakan reklamasi pantai dan pembangunan fasilitas militer di Laut China Selatan akan meningkatkan ketegangan dan mengganggu solusi diplomatik terkait sengketa.

"Pembangunan dan program China ini tidak akan mengurangi ketegangan dan menciptakan solusi diplomatik yang berarti," kata Urban. (den)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER