Jakarta, CNN Indonesia -- Sejak pasar saham China anjlok pada Juni lalu, Presiden Xi Jinping akhirnya bersedia melakukan tanya jawab dengan The Wall Street Journal. Namun, warga China hanya dapat membaca hasil wawancara yang sudah disensor terlebih dahulu oleh media lokal.
Seperti dilansir
CNN, Xi memang dikenal sangat jarang berbicara kepada media asing. Dalam wawancara ini, Xi menjawab beberapa pertanyaan mengenai krisis pasar, kampanye pembangunan pulau buatan di wilayah sengketa Laut China Selatan, keamanan siber, dan program antikorupsi.
Betapapun keras pertanyaan, Xi hanya menjawab dengan skema pernyataan pemerintah yang sudah sering diulang sebelumnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut WSJ, proses perencanaan wawancara justru lebih menggambarkan China ketimbang jawaban-jawaban Xi.
Sebelum sesi tanya jawab dimulai, Journal harus memberikan daftar pertanyaan ke Kementerian Luar Negeri China. Para pejabat lantas menghimpun data dan fakta untuk menjawab pertanyaan tersebut, sementara Xi terus memeriksa dan merevisinya.
Banyak pengamat lantas bertanya-tanya untuk apa Xi melakukan sensor ketat tersebut. Pasalnya, media-media asing pun tak dapat diakses di China.
Situs WSJ sendiri diblokir di China. Sementara itu, Reuters, Bloomberg, dan The New York Times dimasukkan ke daftar hitam.
Ternyata, isi wawancara tersebut akan disadur dan dipublikasikan oleh kantor berita pemerintah China, Xinhua. Media massa lain di China akan merujuk pada Xinhua.
Dalam wawancaranya tersebut, WSJ menanyakan alasan Xi memblokir berbagai situs asing, termasuk Google, Twitter, dan Facebook. Tanggapan Xi dianggap tidak menjawab pertanyaan.
"Kami menyambut semua perusahaan asing di China dan akan menghormati dan melindungi hak hukum dan kepentingan jika mereka tunduk pada hukum dan regulasi China dan tidak melakukan apapun untuk mengacaukan kepentingan China," jawab Xi.
(stu)