Jakarta, CNN Indonesia -- Perdana Menteri baru Australia, Malcolm Turnbull, menyatakan keprihatinannya terhadap pencari suaka yang ditahan di kamp di kepulauan Pasifik, Rabu (23/9), namun belum menunjukkan indikasi perubahan segera dalam kebijakan garis keras Australia soal imigran.
Para pencari suaka yang datang dengan kapal ke Australia dikirim untuk menempati kamp di Papua Nugini dan Nauru. Pemerintah menolak mereka untuk tinggal di Australia, meski mereka murni merupakan pengungsi.
Mengenai nasib para pengungsi yang mengenaskan, termasuk mereka yang tinggal di kamp-kamp tak layak huni selama dua tahun, Turnbull mengaku cukup prihatin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya mengerti hal itu, dan punya keprihatinan yang sama tentang situasi mereka di Manus dan Nauru... seperti yang dipikirkan juga oleh hampir semua orang Australia," kata Turnbull dalam sebuah wawancara dengan Sky News, dikutip dari Channel NewsAsia.
"Tetapi apa yang tidak akan saya lakukan, adalah membuat perubahan pada kebijakan perlindungan perbatasan kami," tambahnya. "Kebijakan kami akan berubah, seperti semua kebijakan lain. Namun saat membuat perubahan, kami akan melakukannya dengan pertimbangan oleh menteri, saya sendiri, dan kabinet."
Kebijakan keimigrasian Australia telah lama dikritisi, terutama sepanjang pemerintahan konservatif yang berkuasa sejak 2013.
Menurut kelompok hak asasi manusia dan advokat pengungsi, selama ini pencari suaka terjajah oleh penahanan tak terbatas dalam kondisi tak layak, dan memicu kekhawatiran terhadap keamanan anak-anak mereka.
Turnbull, yang berhasil merebut kursi perdana menteri dari Tony Abott pekan lalu, memastikan bahwa keputusan akan dibuat dengan cepat, namun dalam cara yang dianggap sesuai.
"Kami, baik saya maupun menteri, tidak akan membuat perubahan kebijakan, terburu-buru," tegasnya.
Naiknya ia sebagai perdana menteri cukup menghasilkan kegetiran di tubuh Partai Liberal. Meski begitu, ia berkata akan bekerja sama sebagai tim.
Perihal apakah kabinetnya bakal memerintah selama tiga tahun penuh atau menyelenggarakan pemilu lagi dalam 10 hingga 11 bulan, Turnbull berkomentar, "Itulah yang sedang saya pikirkan.”
Mantan pengacara multimiliuner sekaligus pengusaha itu berharap, pergantian kepemimpinan akan mampu menyuntik rasa percaya diri di segi ekonomi Australia, seiring transisi negara itu dari sektor pertambangan.
Katanya, hal itu akan dilakukan dengan tertib dan secepat mungkin. "Saya tidak percaya dengan menyetir kemudi sendiri," komentar Turnbull. Ia sedikit menyinggung soal kebijakan luar negeri dalam wawancara itu, namun berkata pertemuan G20 di Turki nanti mungkin akan jadi agenda internasionalnya yang pertama.
(stu)