New York, CNN Indonesia -- Presiden Yaman Abd-Rabbu Mansour Hadi menuding bahwa Iran ingin melihat kehancuran Yaman.
Berbicara di PBB pada Selasa (29/9), Hadi menyampaikan terima kasih kepada Raja Arab Saudi Salman karena telah bertindak dengan memimpin serangan udara bersama koalisi negara Arab ke Yaman, untuk mennggempur kelompok pemberontak al—Houthi, yang didukung Iran. Houthi berhasil merebut ibu kota Yaman, Sanaa, setahun lalu, kemudian berhasil menjadikan Hadi sebagai tahanan rumah.
Hadi berhasil melarikan diri ke Aden, dan saat serangan udara dimulai, ia melarikan diri ke Riyadh, Arab Saudi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada Juli, pasukan koalisi Arab berhasil merebut kembali Aden, dan pekan lalu, Hadi kembali ke kota pelabuhan itu sebelum berangkat ke New York.
Pasukan koalisi kini sedang bersiap untuk melancarkan serangan ke Sanaa.
“Kami menemukan diri kami di tengah peperangan ini, perang untuk negara dan legitimasi negara untuk memastikan negara ini tidak jatuh ke tangan Iran, yang ingin melihat kehancuran negara ini (Yaman),” kata Hadi di depan pemimpin dunia pada sidang Majelis Umum PBB.
Namun tudingan itu disangkal oleh Iran.
“Iran tak pernah ikut campur dalam urusan dalam negeri negara manapun dan tak akan melakukannya. Kami mendukung perdamaian dan stabilitas di kawasan,” kata seorang pejabat Kementerian Luar Negeri Iran.
PBB telah menetapkan Yaman sebagai salah satu tempat dengan krisis kemanusiaan terparah, menempatkannya dalam kondisi darurat bersama Sudan Selatan, Suriah dan Irak. Menurut PBB, lebih dari 21 juta orang di Yaman butuh pertolongan—80 persen dari total populasi Yaman.
Yaman bergantung pada impor, namun blokade yang diterapkan Arab Saudi di hampir seluruh wilayah Yaman telah menghambat pengiriman barang ke negara itu.
Koalisi Arab tak ingin al-Houthi mencuri kesempatan dengan menerima kiriman senjata lewat pengiriman barang impor yang masuk.
Hadi juga menyalahkan Houthi untuk krisis kemanusiaan di negaranya.
(stu)