Jakarta, CNN Indonesia -- Ahmet Hakan, wartawan terkenal asal Turki dirawat di rumah sakit setelah menjadi korban serangan sekelompok orang tak dikenal di luar rumahnya pada Rabu (30/9) malam. Serangan ini menandakan semakin besarnya tekanan dalam dunia perwartaan Turki di bawah kendali Presiden Tayyip Erdogan.
Hakan merupakan kolumnis untuk harian Hurriyet yang beraliran sekuler dan pembawa acara di saluran televisi CNN Turki. Serangan ini terjadi ketika Hakan
dibuntuti oleh empat pria dalam mobil hitam sepulang dari stasiun televisi Rabu malam.
Menurut Pemimpin Redaksi Hurriyet, Sedat Ergin, Hakan kemudian diserang dekat rumahnya. Hurriyet ikut memberitakan insiden penyerangan terhadap Hakan pada Kamis (1/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami tahu penyerangan itu terencana dan terorganisasi," ujar Ergin yang dimuat di Harian Hurriyet, dilansir dari Reuters.
Harian itu juga melaporkan kini Hakan tengah dirawat karena hidung dan tulang rusuknya patah. Serangan yang menimpanya terjadi hanya beberapa minggu setelah kejaksaan menginvestigasi grup media Hurriyet, Dogan Media Group, atas dugaan "propaganda terorisme".
Bulan lalu, massa propemerintah menyerbu kantor media tersebut karena dianggap bersimpati dengan Partai Pekerja Kurdistan, kelompok pemberontak yang dilarang pemerintah.
Hurriyet memang menerima kritik pedas Erdogan seiring pemerintahannya yang terus mengontrol gelora kekerasan militan Kurdi di tenggara Turki.
Ketegangan yang ada juga meningkat sejak kekalahan Erdogan dan Partai AK di pemilu parlemen Juni lalu, menggiring Erdogan dan koalisinya untuk memohon diadakannya pemilu darurat.
Terkait penyerangan kantor Hurriyet, pejabat senior Partai AK, Ayhan Sefer Ustun, geram atas perbuatan itu. "Turki adalah demokrasi dan negara hukum. Kami tidak setuju atau menerima serangan ini," kata Ustun.
Dogan Media dan perusahaan induknya, Dogan Holding, kerap membuat Erdogan gusar. Pada Mei lalu, grup ini ditangguhkan dari tender negara usai Erdogan menuduh sang pemilik, Aydin Dogan, sebagai "pecinta kudeta" dan menyebut kolumnis di sana "penipu."
Di bawah kuasa Erdogan, Turki kini berada di peringkat ke-149 dari 180 dalam Indeks Kebebasan Pers Reporter Tanpa Batas, kian menurun dari sebelumnya.
Pada 15 September, Dogan Media membuat peringatan "gelombang penyensoran berbahaya" yang dapat memperburuk ketegangan saat ini.
(ama/ama)