LAPORAN DARI TURKI

PM Turki: Senyum Perempuan Tentukan Kebahagiaan Negara

Denny Armandhanu | CNN Indonesia
Senin, 07 Sep 2015 07:33 WIB
PM Turki Ahmet Davutoglu mengatakan terdapat dua indikator sebuah negara dikatakan bahagia, salah satunya adalah senyuman para perempuannya.
PM Turki Ahmet Davutoglu mengatakan terdapat dua indikator sebuah negara dikatakan bahagia, salah satunya adalah senyuman para perempuannya. (Reuters/Murad Sezer)
Ankara, CNN Indonesia -- Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu mengatakan bahwa ada dua indikator bahwa sebuah negara bisa dikatakan bahagia. Jika satu dari dua indikator ini tidak terpenuhi, maka bisa jadi perkembangan ekonomi di negara itu tidak memengaruhi kebahagiaan warganya.

Berbicara di pembukaan pertemuan W20, sebuah konferensi wanita yang menjadi salah satu rangkaian dalam KTT G20 di Ankara, Turki, Minggu (6/9), Davutoglu mengatakan bahwa indikator pertama adalah bandara.

"Lihat bandaranya. Jika bandara itu dinamis, maka bisa dipastikan negara itu punya stabilitas dan kemakmuran," ujar Davutoglu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Indikator kedua, lihatlah wanitanya.

"Lihat wanitanya. Jika wanita di negara itu selalu tersenyum, berarti dia melihat dunia yang lebih baik. Pasti negara itu bahagia dan sejahtera," lanjut dia.

Hal ini diperolehnya berdasarkan pengalaman bersama beberapa wanita yang ditemuinya. Salah satunya adalah seorang wanita Somalia yang berwajah muram karena negara mereka penuh konflik.

Untuk mengubah wajah muram itu menjadi senyuman, lanjut dia, Turki telah menggelontorkan bantuan ada Somalia, salah satunya untuk pendidikan dan infrasturktur.

"Turki saat ini ada di semua lini di Somalia, dalam pembangunan rumah sakit, sekolah, jalan dan pendidikan bagi anak-anak yatim. Saat ini ada ribuan anak dari Somalia yang belajar di Turki," jelas Davutoglu.

Wanita lainnya yang ditemui Davutoglu berasal dari Suriah yang kini tinggal di kamp pengungsi Turki. Wanita itu mengungsi ke Suriah setelah rumahnya dibombardir dan dia kehilangan satu kakinya.

Wanita itu hanya satu dari jutaan pengungsi lainnya yang berada di Turki setelah kabur dari konflik berkepanjangan di bawah pemeritahan rezim Bashar al-Assad di Suriah. Davutoglu menyinggung soal Aylan Kurdi, 3, yang mayatnya ditemukan terdampar di pantai Kota Bodrum. Aylan tewas bersama kakaknya, 5, dan ibunya.

"Mereka tidak pergi mengarungi laut yang ganas kecuali karena mendapatkan penindasan dari rezim teroris di Suriah. Hanya wanita-wanita di pengungsian yang bisa mengerti harga dari perang. Pahlawan memang biasanya digambarkan sebagai pria, tapi wanita lah yang harus menanggung risiko atas keputusan para pria," ujar Davutoglu.

Davutoglu juga mengatakan pernah berbuka puasa bersama dengan seorang wanita yang kehilangan dua putra dan suaminya dalam perang di Srebrenica, Bosnia. Wanita itu sekarang menampung 3 keluarga pengungsi asal Irak berisikan 15 orang.

"Wanita tua ini berterima kasih karena Turki menerima mereka yang dari Bosnia. Dia juga mengatakan, jika Turki kuat maka para pengungsi akan kuat, namun jika lemah para pengungsi akan kalah," lanjut dia.

Konferensi W20 adalah yang pertama kalinya diselenggarakan sebagai bagian dari G20, setelah disepakati target menghapuskan celah 25 persen untuk kepegawaian wanita dan pria pada 2025 dalam KTT tahun lalu di Brisbane, Australia.

Davutoglu menjelaskan bahwa wanita berdampak besar bagi perekonomian dan target tersebut harus terpenuhi.

"Jika itu terpenuhi, maka akan ada 100 juta pekerja baru yang menyumbang US$8 miliar pada perekonomian, Jika satu persen saja gap itu bisa ditutupi, maka akan menyumbang US$800 juta pada PDB dunia," tegas Davutoglu.

Sebelumnya, Presiden Turki Tayyip Erdogan pernah diprotes karena komentarnya soal perempuan. Pada November tahun lalu misalnya, ia mengatakan bahwa kesetaraan gender bertentangan dengan alam dan kaum feminis tidak mengakui nilai-nilai keibuan.

Erdogan yang dikenal konservatif menilai pembawaan perempuan yang “halus” membuat tidak mungkin untuk menempatkan mereka dalam posisi yang sama dengan laki-laki.

"Anda tidak bisa menempatkan seorang wanita untuk bekerja di semua lahan yang dilakukan oleh laki-laki, seperti yang mereka lakukan di rezim komunis di masa lalu," katanya dalam pertemuan Asosiasi Perempuan dan Demokrasi Turki di Istanbul pada 24 November. (Baca juga: Erdogan: Pengguna Kontrasepsi Adalah Pengkhianat) (stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER