Jakarta, CNN Indonesia -- Panthongtae Shinawatra, putra pertama mantan perdana menteri Thailand Thaksin Shinawatra memenuhi janjinya untuk memberikan hadiah kepada kepolisian Thailand berupa uang sebesar US$200 ribu, atau setara dengan Rp2,9 miliar. Uang tersebut merupakan hadiah karena petugas telah berhasil menangkap tersangka utama bom Bangkok.
Bom yang meletus di Kuil Erawan di pusat kota Bangkok pada Agustus lalu menewaskan sekitar 20 orang, sebagian besar wisatawan China, memukul sektor pariwisata Thailand yang selama ini dikenal sebagai salah satu destinasi liburan di Asia Tenggara.
Bukan hanya Panthongtae Shinawatra yang memberikan hadiah kepada polisi Thailand. Sebelumnya, kepolisian Bangkok memberikan hadiah sebesar US$84 ribu, atau sekitar Rp1,2 miliar kepada para petugas yang terlibat dalam penyelidikan bom Bangkok ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tim saya telah menyerahkan tujuh juta baht (Rp2,6 miliar) ke markas polisi nasional untuk meningkatkan semangat para petugas," kata Panthongtae yang akun Facebook miliknya pada Sabtu (3/10), dikutip dari Channel NewsAsia.
Kepala polisi nasional Thailand, Jakthip Chaikinda mengkonfirmasi pihaknya telah menerima uang tersebut pada Minggu (4/10) dan menyatakan uang tersebut akan diberikan kepada para petugas kepolisian yang terlibat penyelidikan bom Bangkok dan para sumber yang memberikan informasi berguna sehingga pelaku utama dapat ditangkap.
Meski demikian, belum jelas apakah warga yang membantu penyelidikan polisi akan mendapatkan bagian dari hadiah tersebut.
Motif serangan masih tidak jelasSetelah berminggu-minggu melakukan penyelidikan dan merilis pernyataan yang kerap bertentangan, kepolisian Thailand menyatakan pada bulan lalu bahwa warga asing yang ditangkap karena memiliki peralatan pembuat bom merupakan tersangka utama, pria yang mengenakan baju kuning dan terekam gerak-geriknya dalam CCTV.
Polisi mengidentifikasi para tersangka bernama Bilal Mohammed dan Adem Karadag. Polisi menyatakan kedua tersangka ini mengaku menempatkan bom di lokasi kejadian. Klaim ini diperkuat juga oleh konfirmasi dari para pengacara tersangka.
Meski demikian, motif serangan hingga kini masih menjadi pertanyaan. Pada Minggu, Jakthip menyatakan pihaknya tidak mengesampingkan motif apapun terkait kasus ini. Sejumlah surat penangkapan untuk puluhan tersangka lainnya yang diduga terlibat dalam pengeboman ini juga tidak menyebutkan motif serangan.
Hanya ada satu tersangka lainnya yang kini mendekam dalam tahanan, yaitu pria berkewarganegaraan asing bernama Yusuf Mieraili, pemegang paspor China keturunan etnis Uighur.
Sementara, pihak berwenang belum mengonfirmasi kewarganegaraan salah satu dari dua tersangka yang kini ditahan.
Spekulasi kuat mengarah kepada keterkaitan kelompok militan atau pendukung Uighur dalam penyelidikan ini. Namun pihak berwenang Thailand menghindari menyebut etnis Uighur dalam penyelidikan ini. Para pakar menilai langkah ini dilakukan agar tidak memancing kemarahan China, salah satu sekutu terbesar pemerintahan junta militer Thailand saat ini.
Pada Juli lalu, Thailand mendeportasi 109 etnis Uighur kembali ke China, memicu kecaman dari dunia internasional. Polisi sebelumnya menyatakan mereka meyakini pemboman itu merupakan serangan balas dendam dari kelompok penyelundup manusia yang marah atas tindakan keras Thailand soal penyelundupan manusia.
Namun pada pekan lalu, polisi menyatakan bahwa sejumlah keluhan politik dalam negeri juga bisa jadi faktor yang memantik serangan ini. Petugas Thailand menyatakan salah satu tersangka terkait dalam sejumlah pengeboman di Thailand.
Perpecahan politik Thailand dinilai kurang berpengaruh kepada kehidupan masyarakat miskin di desa maupun di kota yang setia kepada Thaksin, yang digulingkan dalam kudeta tahun 2006 oleh militer.
Thaksin saat ini tinggal di pengasingan di luar negeri setelah dituduh melakukan praktik korupsi. Adiknya, mantan perdana menteri Yingluck Shinawatra, dipaksa menyerahkan jabatannnya beberapa harus sebelum pemerintahan junta militer yang berkuasa saat ini melakukan kudeta pada Mei lalu.
Dalam akun Facebook miliknya. Panthongtae mengkritik petugas yang mengkaitkan ledakan itu dengan politik dalam negeri, meski sejumlah bukti mengarah ke para tersangka asing. Panthongtae menyatakan petugas yang berpandangan seperti itu "tidak layak menerima satu baht pun."
(stu)