Sembilan Tahun Kudeta Thaksin, Aktivis Thailand Gelar Aksi

Reuters | CNN Indonesia
Minggu, 20 Sep 2015 13:12 WIB
Memperingati sembilan tahun mantan PM Thaksin Shinawatra dikudeta, aktivis Thailand turun ke jalan, melanggar larangan demonstrasi oleh pemerintah junta.
Protes itu dilakukan bertepatan dengan sembilan tahun kudeta terhadap mantan Perdana Menteri Thaksin Shinawatra, yang banyak dianggap rakyat Thailand sebagai pemicu dari konflik tak berujung yang hingga kini belum juga menunjukkan tanda-tanda akan mereda. (Reuters/Chaiwat Subprasom)
Bangkok, CNN Indonesia -- Ratusan aktivis melanggar larangan protes dan melakukan reli di Ibu Kota Bangkok pada Sabtu (19/9).

Polisi berbaris mengamankan, sementara demonstran berteriak, “tak ada kediktatoran.” Beberapa membawa spanduk antijunta, sambil berjalan menuju Monumen Demokrasi Bangkok. Demonstrasi ini melanggar aturan pemerintah junta yang melarang demonstrasi untuk membungkam pembangkang.

Protes itu dilakukan bertepatan dengan sembilan tahun kudeta terhadap mantan Perdana Menteri Thaksin Shinawatra, yang banyak dianggap rakyat Thailand sebagai pemicu dari konflik tak berujung yang hingga kini belum juga menunjukkan tanda-tanda akan mereda.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Para demonstran awalnya menghadiri sebuah forum di Universitas Thammasat Bangkok, yang diizinkan oleh pemerintah. Namun mereka tak diberi izin untuk keluar dari universitas.

Meski unjuk rasa kali ini tak ada artinya dengan aksi massa lain yang pernah terjadi di Thailand, protes sudah sangat jarang terjadi sejak Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha melakukan kudeta dan menggulingkan Yinluck Shinawatra, adik Thaksin Shinawatra Mei tahun lalu.

Pemerintah junta di bawah Prayuth telah dikritik oleh banyak pihak, termasuk dari negara Barat, karena melarang berbagai bentuk demonstrasi. Wartawan dan politisi, juga dipaksa untuk menghadiri sesi “sikap penyesuaian” di markas-markas militer.

"Hak rakyat telah diambil, terlalu banyak yang sudah ditahan," kata Montra Thongsuksan, seorang demonstran yang membawa tulisan “kembalikan kekuasaan kepada rakyat.”

"Saya harus menunjukkan solidaritas, melawan militer. Saya takut, tapi saya bersedia untuk berbaris untuk menunjukkan kami tidak akan menyerah,” ujar dia.

Thailand telah terjebak dalam perpecahan antara pendukung dan klan Shinawatra dengan loyalis kerajaan yang didukung oleh militer dan jaringan konservatif negara itu.

Sementara itu, militer tampaknya akan tetap berkuasa, setidaknya dalam waktu dekat. Prayuth sudah mengatakan bahwa pemilu terdekat di Thailand akan dilangsungkan sekitar Juli 2017.

Tidak ada kehadiran militer berseragam di reli, sementara polisi, yang diperkirakan ada sekitar 400 orang, tidak berusaha jelas untuk menghentikan para demonstran.

"Kami mengamati, untuk menjaga semuanya tetap teratur,” kata Mayor Jenderal Pongpan Wannapak.

"Jika hal-hal keluar dari kendali, kami akan laporkan ke atasan kami,” lanjutnya. (stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER