Kecam Ledakan Bom di Ankara, Pemerintah Imbau WNI Waspada

Hanna Azarya Samosir | CNN Indonesia
Senin, 12 Okt 2015 12:40 WIB
Pemerintah Indonesia mengecam peledakan bom di Ankara, Turki, pada Sabtu (10/10) yang menewaskan setidaknya 95 jiwa dan melukai 200 orang lainnya.
Bom ganda meledak di luar stasiun kereta api utama di Ankara dan menewaskan setidaknya 95 orang pada Sabtu (10/10), bertepatan dengan aksi unjuk rasa. (Reuters/Tumay Berkin)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah Indonesia mengecam peledakan bom di Ankara, Turki, pada Sabtu (10/10) yang menewaskan setidaknya 95 jiwa dan melukai 200 orang lainnya.

Kedutaan Besar Republik Indonesia di Ankara pun mengeluarkan imbauan kepada seluruh Warga Negara Indonesia di Turki agar waspada ketika bepergian.

"KBRI Ankara telah mengeluarkan imbauan kepada seluruh WNI di Turki untuk berhati-hati saat bepergian, khususnya pada tempat terbuka yang kemungkinan dapat menjadi target," demikian kutipan pernyataan dalam siaran pers Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia yang diterima CNN Indonesia, Minggu (11/10).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kemlu juga mengumumkan bahwa KBRI Ankara membuka layanan informasi pada nomor+905321352298.

Hingga kini, Kemlu tidak mendapatkan informasi mengenai adanya korban WNI dalam insiden ledakan bom tersebut.

"KBRI Ankara terus melakukan koordinasi dengan otoritas Turki, untuk mengetahui perkembangan dan proses identifikasi korban," tulis Kemlu.

Diberitakan sebelumnya, dua bom bunuh diri ini meledak ketika aksi unjuk rasa ratusan aktivis pro-Kurdi dan sayap kiri di luar stasiun kereta api utama Ankara pada Sabtu (10/10), hanya beberapa minggu menjelang pemilihan umum Turki.

Saksi mata menyatakan bahwa dua ledakan terjadi hanya terpisah beberapa detik sekitar pukul 10 pagi waktu setempat. Kala itu, demonstran tengah berunjuk rasa yang direncanakan digelar secara "damai" untuk memprotes konflik antara pasukan keamanan Turki dan kelompok militan Kurdi di wilayah tenggara Turki.

Pemerintah Turki menyebut serangan ini sebagai aksi terorisme.

"Seperti serangan teror lainnya, serangan di stasiun kereta api Ankara menargetkan persatuan, kebersamaan, persaudaraan dan masa depan kita," kata Presiden Tayyip Erdogan dalam sebuah pernyataan yang menyerukan "solidaritas dan tekad" pasca serangan itu.

Hingga saat ini, belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut.

Kekerasan antara militer pemerintah dan kelompok militan Partai Pekerja Kurdistan (PKK) berkobar sejak Juli lalu. Saat itu, Turki melancarkan serangan udara di sejumlah kamp militan, membalas gempuran terhadap pasukan keamanan yang meningkat. Konflik ini sudah menewaskan ratusan orang.

Serangan ini terjadi ketika kelompok militan PKK diperkirakan akan mengumumkan gencatan senjata sepihak. Keputusan ini akan memulihkan gencatan senjata yang berakhir pada Juli lalu.

Pemerintah menilai langkah ini sebagai upaya menggalang dukungan kepada HDP dalam pemilu.

Beberapa jam setelah pengeboman, PKK memerintahkan pejuangnya untuk menghentikan operasi di Turki kecuali mereka menghadapi serangan. PKK menyatakan tindakan ini untuk menghindari tidak terciptanya "pemilu yang jujur dan adil" pada 1 November mendatang.

Foto di lokasi kejadian sebelum bom meledak menunjukkan aksi unjuk rasa damai ketika para demonstran HDP saling berpegangan tangan dan menari. Beberapa menit setelahnya, ledakan besar terjadi di belakang mereka.

"Kami dihadapkan dengan pembantaian yang sangat besar dan biadab," kata pemimpin HDP, Selahattin Demirtas, kepada para wartawan.

Kerumunan warga yang marah mencemooh dan melemparkan botol ketika menteri kesehatan dan menteri dalam negeri tiba di lokasi kejadian dengan konvoi kendaraan. Para demonstran segera diamankan petugas.

Beberapa aktivis sayap kiri menilai Erdogan dan Partai AK mencari kesempatan untuk membangkitkan sentimen nasionalisme atas serangan ini.

"Suruc, Diyarbakir, dan sekarang Ankara. Semua itu ulah sang pembunuh, Erdogan. Kami akan meruntuhkan istana itu," kata Tarik, seorang mahasiswa berusia 21 tahun yang berada di jarak kurang dari 50 meter ketika salah satu bom meledak.

Sejumlah aktivis bahkan masih di lokasi kejadian dan meneriakkan "Erdogan Pembunuh" dan "AKP pembunuh." (stu/stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER