Jakarta, CNN Indonesia -- Walter Palmer, dokter gigi asal Amerika Serikat yang memanah mati singa kesayangan rakyat Zimbabwe, Cecil, dalam sebuah ekspedisi berburu dipastikan tidak akan dituntut.
Menurut Menteri Lingkungan Hidup Zimbabwe, Opa Muchinguri, kematian singa tersebut sudah mendapat cukup perhatian publik.
"Jika Anda berbicara dengannya, katakan kepadanya bahwa turis disambut di sini, tapi tidak untuk berburu," ujar Muchinguri pada Senin (13/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Palmer dan keluarganya memang sudah dihujani protes dan ancaman dari seluruh pelosok dunia. Palmer pun sempat bersembunyi dari kecaman dunia.
Selama bersembunyi, tak hanya Palmer yang mendapat tekanan, tapi juga keluarganya.
"Ini sangat sulit bagi istri dan putri saya. Mereka diancam di media sosial, dan lagi-lagi saya tidak mengerti tingkat kemanusiaan yang melibatkan orang yang sebenarnya tidak ada hubungannya sama sekali," tutur Palmer yang akhirnya angkat suara pada September lalu.
Kematian Cecil memang membuat jejaring sosial gempar. Tagar #WalterPalmer pun meledak di berbagai media sosial. Manusia memalukan, pembunuh, dan iblis adalah beberapa kata yang kerap disematkan di belakang tagar tersebut.
Selebritis seperti Cara Delevinge, Alyssa Milano, dan Sharon Osbourne, dengan jumlah pengikut jika diakumulasikan mencapai 8,39 juta, pun turut serta.
Menurut beberapa pengamat, ganjaran hukuman sosial ini patut diterima Palmer. Pasalnya, proses kematian Cecil dianggap sangat tragis.
Setelah ditembus panah Palmer, Cecil tak langsung tewas. Ia bertahan hidup selama 40 jam hingga akhirnya para pemburu memutuskan untuk menembaknya dengan senapan. Cecil kemudian dikuliti dan diputus kepalanya.
Namun, dalam wawancara dengan Star Tribune, Palmer mengaku langsung membunuh Cecil dengan anak panah lain ketika melihat singa tersebut menderita. Para pemburu kemudian mencoba menghancurkan kalung GPS yang melingkar di leher Cecil sebagai alat penelitian Oxford University.
"Saya tidak tahu bahwa singa yang saya ambil itu terkenal, kesayangan warga lokal, dan sudah ditandai sebagai bagian dari penelitian hingga akhir berburu. Saya mengandalkan keahlian pemandu profesional saya untuk memastikan bahwa kami melakukan perburuan legal," tulisnya dalam pernyataan pada Juli lalu.
Palmer berkilah bahwa kalung GPS Cecil tak terlihat di malam hari. Ia pun mengatakan bahwa memburu singa yang sudah diberi tanda sama sekali tidak ilegal.
Sementara itu, donasi untuk upaya konservasi hewan liar terus berlanjut. Hingga akhir Agustus, dana yang sudah terhimpun mencapai US$977 ribu atau setara Rp13,9 miliar, diperkirakan dapat membiayai Hwange National Park di Zimbabwe selama empat tahun.
"Jumlah donasi yang telah diterima universitas dari rekan-rekan di seluruh pelosok dunia sangat melebihi perkiraan dan sangat kami hargai," tulis Oxford University dalam pernyataan resminya.
(stu/stu)