Atasi Kemiskinan, Warga Bangladesh Ramai-ramai Jual Ginjal

Denny Armandhanu | CNN Indonesia
Jumat, 16 Okt 2015 14:22 WIB
Hampir setiap rumah di distrik Kalai memiliki anggota keluarga yang telah menjual ginjalnya. Organ tubuh ini bisa dibanderol hingga setara Rp40 juta.
Ilustrasi (Getty Images)
Dhaka, CNN Indonesia -- Ratusan orang di Bangladesh ramai-ramai menjual ginjal mereka untuk mengatasi kemiskinan. Cara ini dianggap salah satu jalan pintas untuk membayar utang atau menafkahi keluarga.

Seperti diberitakan AsiaOne, Kamis (15/10), kepala polisi distrik Kalai, Sirajul Islam, mengatakan tahun ini ada 40 orang di wilayah itu yang diketahui telah menjual ginjalnya. Sejak tahun 2005, kata dia, ada 200 warga desa di Kalai yang menjual salah satu ginjal mereka.

Saat ini, lanjut Sirajul, ada 12 warga desa yang hilang, diduga kuat berangkat ke rumah sakit di India untuk operasi pengangkatan ginjal.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hampir semua keluarga di Kalai yang terletak 300 kilometer baratlaut Dhaka punya kerabat yang menjual ginjalnya, ditandai dengan bekas luka memanjang di perut setelah operasi.

"Mereka yang menjual ginjal akhirnya menjadi calo dan agen, dan jadi bagian dari jaringan penjualan organ yang besar," ujar Sirajul.

Salah satu warga desa di Kalai yang telah menjual ginjalnya adalah Rawshan Ara. Dia mengambil jalan pintas ini demi mendapatkan uang modal bertani dan sekolah anaknya.

Dengan mudah wanita 28 tahun ini mendapatkan perantara yang siap membawanya untuk dibedah dan menjual organnya di pasar gelap. Dia tetap melakukannya kendati kerabatnya yang sebelumnya lebih dulu menjual ginjal telah memperingatkan bahayanya bagi kesehatan.

"Saya lelah hidup miskin. Suami saya sakit-sakitan, pendidikan putri saya mahal. Saya ke Dhaka untuk bekerja sebagai buruh garmen, tapi gajinya luar biasa kecil," kata Ara yang dioperasi ginjalnya Februari lalu.

Untuk satu ginjal dia mendapatkan uang sekitar Rp60 juta, digunakan menyewa lahan untuk bertani kentang dan pagi. Dia juga menyewa guru untuk putrinya yang berusia 13 tahun.

Kebutuhan akan ginjal sangat besar di Bangladesh dengan sedikitnya ada 2.000 orang per tahun yang memerlukannya. Tapi di negara itu cangkok ginjal hanya boleh antara keluarga, menyebabkan organ ini kian langka.

Dengan kemiskinan yang menjamur di negara itu, para calo ginjal tidak kesulitan mencari warga yang ingin menjual organ mereka. Terkadang, ada keterlibatan pejabat pemerintah dalam kejahatan ini.

"Mereka bisa dengan mudah mempersiapkan dokumen, termasuk paspor dan KTP palsu untuk melakukan transplantasi," kata Dr Moniruzzaman Monir dari Michigan State University yang pernah melakukan riset di Kalai.

Bulan lalu, polisi membongkar gembong penjualan ginjal, menangkap puluhan orang di Kalai dan Dhaka.

Langkah polisi baru dilakukan setelah para geng penjual ginjal ini membunuh seorang bocah enam tahun untuk diambil organnya dan mayatnya dibuang di sebuah kolam.

Pemerintah lokal telah memperingatkan bahaya penjualan ginjal, di antaranya gangguan kesehatan yang mengancam jiwa.

Ara mengalaminya. Dia tidak bisa lagi mengangkat benda berat, mudah lelah, dan sering sesak nafas. "Menjual ginjal adalah kesalahan besar. Saya harus beli obat yang mahal untuk tetap sehat," kata dia.

Sama seperti Ara, tetangganya yang telah menjual ginjalnya seharga Rp72 juta telah tiga kali dirawat di rumah sakit dalam enam bulan terakhir. "Saya beruntung pembeli ginjal saya mau membiayai pengobatan, tapi tidak semua warga seperti saya. Mereka mati perlahan," ujar Ara. (den)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER