Jakarta, CNN Indonesia -- Penjaga perbatasan Bangladesh mengatakan bahwa mereka telah menolak usulan yang mengharuskan Bangladesh menerima 600 pengungsi dari Myanmar jika tentara Bangladesh, Abdul Razzak, ingin dikembalikan.
Kementerian Luar Negeri Bangladesh telah memanggil duta besar Myanmar di Dhaka dan mengajukan protes keras untuk meminta segera membebaskan Abdul Razzak.
Razzak ditangkap dan penjaga lainnya terluka oleh pasukan Myanmar pada 17 Juni lalu setelah kedua belah pihak terlibat baku tembak saat menangkap penyelundup narkoba di Sungai Naff yang memisahkan kedua negara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penjaga perbatasan Bangladesh, Kolonel Letnan Mohammad Abu Jar Al Jahid, mengatakan tahun lalu, kedua negara telah sepakat bahwa setiap tentara yang tersasar di perbatasan harus diserahkan kembali ke negara masing-masing setelah melalui "pertemuan bendera" di perbatasan.
Namun pada kesempatan ini, mereka ingin syarat pembebasan Abdul Razzak ditukar dengan 600 pengungsi ilegal yang sedang ada di Myanmar.
"Kami sudah menolak proposal tersebut, karena hal ini tidak bisa disangkut-pautkan dengan korban perdagangan manusia atau pengungsi ilegal. Kami sudah merencanakan 'pertemuan bendera' dengan mereka untuk mengurus masalah ini," kata Jahid kepada Reuters.
Jahid mengatakan bahwa Myanmar ingin Bangladesh mengidentifikasi 600 dari 727 pengungsi sebagai warga negara Bangladesh, serta membawa mereka pulang ke Bangladesh sebagai bagian dari kesepakatan.
Ribuan orang, banyak dari mereka adalah orang Bangladesh atau Muslim Rohingya dari Myanmar, terkatung-katung di laut dalam beberapa bulan terakhir dengan menggunakan perahu menuju ke negara-negara Asia Tenggara lainnya.
Sebelumnya, Myanmar mengatakan hampir semua pengungsi Bangladesh mencari prospek ekonomi untuk kehidupan yang lebih baik. Tidak seperti Rohingya, yang lari dari Myanmar karena perlakuan diskriminasi.
(stu)