Singapura, CNN Indonesia -- Jika di sebagian daerah di Indonesia kabut asap mulai mengganas, beberapa hari terakhir di Singapura kepekatan asap justru sudah mulai berkurang. Warga sudah bisa bernafas lega dan banyak yang merasa tak perlu mengenakan masker saat di luar ruangan.
“Tiga hari lalu sangat memprihatinkan kondisinya karena asap dari Indonesia,” kata Maninderjit, salah seorang warga Singapura kepada CNN Indonesia, Jumat (23/10).
Otoritas setempat sempat mengimbau warga untuk mengenakan masker jika di luar ruangan. Terutama bagi anak-anak dan lansia. Namun imbauan ini tak banyak dipatuhi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Kami banyak beraktivitas di dalam ruangan jadi tak merasa perlu untuk selalu mengenakan masker,” katanya, bersyukur dalam dua hari ini asap tak sepekat beberapa hari sebelumnya.
Meksi begitu, ada rasa khawatir asap sewaktu-waktu datang lagi. Oleh karena itu ia berharap hujan segera turun sehingga warga Singapura tak perlu lagi mendapat kiriman asap dari Sumatera seperti hari-hari sebelumnya.
Wanita yang bekerja di sebuah perusahaan teknologi informasi ini mengaku mendengar informasi, kabut asap semakin pekat di Indonesia. Bukan tidak mungkin jika hal tersebut terus terjadi, tiupan angin bisa membawa asap tersebut.
“Semoga sebelum November hujan sudah turun,” ujar Maninderjit.
Beberapa hari belakangan asap semakin pekat di beberapa daerah seperti di Palangkaraya, Palembang, Jambi, Riau dan beberap daerah lain. Beberapa wilayah yang sebelumnya tidak terdapat titik panas bahkan mulai tampak memiliki titik panas seperti Papua, Maluku dan Nusa Tenggara.
Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana Indonesia, terdapat titik panas sebanyak 3.226 titik.
Tanpa hujan, terbukti selama ini berbagai upaya yang ditempuh tak membuahkan hasil signifikan.
Padahal bantuan untuk memadamkan api sudah datang dari tiga negara tetangga, Singapura, Malaysia dan Australia. Namun tim pemadam dari negara asing itu juga mengaku kewalahan melihat besarnya area yang terbakar.
(stu)