Mandalay, CNN Indonesia -- Kota Mandalay, Myanmar Utara adalah pusat agama Budha yang penuh dengan kuil, vihara dan biksu sehingga terkadang terasa sangat banyak jumlahnya.
Lebih mudah menghitung Muslim Mandalay yang ikut mencalonkan diri dalam pemilihan umum Myanmar yang bersejarah pada 8 November mendatang. Satu orang.
Khin Maung Thein dicalonkan satu partai kecil dan menggerakkan kampanyenya dari rumah bertingkat dua yang juga merupakan tempat usaha percetakan keluarga.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai satu-satunya kandidat Muslim di Mandalay, kota terbesar kedua Myanmar dan pusat kelompok ekstrimis Budha, Khin Maung Thein menempuh jalan yang tidak berani dilalui oleh para pesaing besar lainnya.
Bahkan Liga Nasional bagi Demokrasi (NLD) pimpinan Aung San Suu Kyi yang sangat populer, tidak mencalonkan seorang Muslim di Mandalay, atau daerah pemilihan lain.
Para pemimpin NLD mengatakan kepada Reuters bahwa mereka takut membuat marah kelompok ultranasionalis Budha bernama Ma Ba Tha, yang dipimpin oleh para biksu dan memiliki pengaruh besar pada warga Myanmar yang mayoritas beragama Budha.
Ma Ba Tha mengatakan Islam bertentangan dengan ajaran Budha dan meminta agar warga memboikot perusahaan Muslim serta melarang perkawinan antar agama.
Sejumlah calon anggota legislatif Muslim didiskualifikasi dan ratusan ribu warga Rohingya Muslim tidak memiliki hak pilih.
Para pakar mengatakan menyingkirkan Muslim bisa memicu kembali kerusuhan karena agama, membuat radikal Budha semakin kuat dan mengancam kredibilitas pemilu yang diharapkan banyak pihak menjadi pesta demokrasi paling adil dan bebas pertama dalam 25 tahun.
Hanya sekitar selusin calon anggota legislatif Muslim yang ikut dalam pemilu kali ini, sebagian besar berasal dari partai Khin Maung Tehin, Kongres Persatuan Nasional, UNC.
“Muslim di Myanmar hidup menderita dalam beberapa tahun belakangan dan situasi ini mendorong kami untuk masuk parlemen,” kata Khin Maung Thein, yang sudah berusia 71 tahun.
Dia menyebut dirinya Pathi, satu kelompok Muslim berdara Persia dan sudah berada di Myanmar selama beberapa abad.
Khi memandang pemilihan umum sebagai kesempatan untuk “mengembalikan kebanggaan etnis kami”.
Dia juga ingin mempromosikan kebijakan UNC seperti mengurangi anggaran militer Myanmar yang sangat kuat dan meningkatkan anggaran pendidikan.
“Kelam dan Diskriminatif”Warga Muslim di Myanmar sekitar 5 persen dari 51 juta penduduk negara itu.
Kekarasan karena agama menewaskan ratusan orang, kebanyakan warga Muslim, sejak pemerintah sipil yang didukung militer berkuasa pada 2011 setelah hampir setengah abad negara itu diperintah oleh rejim diktator.
 Khin Maung Thein adalah satu-satunya calon anggota legislatif Muslim dari kota Mandalay yang merupakan kota terbesar kedua di Myanmar. (Reuters/Jorge Silva) |
Bentrokan antara warga Budha dan Muslim di kota Mandalay pada Juli 2014 menewaskan dua orang dan masyarakat pun menjadi terpecah.
Mandalay adalah kota asal biksu terkenal Ma Ba Tha bernama Wirathu, yang terkenal dengan sebutan “bin Laden Myanmar”, dan terkenal dengan pernyataan anti-Muslim.
Kelompok ini didirikan pada 2013 dan namanya berarti Komite Perlindungan Kebangsaan dan Agama, dan meminta warga tidak memilih Suu Kyi dan calon NLD lain karena menentang Undang-undang “perlindungan ras dan agama”.
Para biksu Ma Ba Tha mendukung partai Persatuan Solidaritas dan Pembangunan, USDP, yang berkuasa yang mendukung hukum tersebut.
Dan partai ini pun tidak mengajukan calon legislatif Muslim.
Partai UNC pimpinan Khin Maung Thein didirikan pada 2012 dan bertarung dalam sistem yang tampaknya tidak menguntungkan Muslim.
Awal tahun ini, pemerintah mencabut kartu identitas sekitar 650 ribu warga Rohingya di negara bagian Rakhine. Langkah ini membuat mereka tidak diakui sebagai warga negara itu dan tak dapat berpartisipasi dalam pemilu.
Dalam pernyataan yang dikeluarkan September lalu, Departemen Luar Negeri AS mencatat bahwa komisi pemilu Myanmar mendiskualifikasi sekitar 100 calon anggota legislatif, sebagian besar adalah Muslim "melalui proses kelam dan bersifat diskriminatif" sehingga bisa mengancam kredibilitas pemilu.
Diantara mereka yang didiskualifikasi adalah enam dari 12 calon anggota parlemen UNC, semuanya Muslim.
Seminggu kemudian, akibat tekanan internasional, komisi pemilu menerima kembali pencalonan 11 caleg Muslim, empat diantaranya dari UNC.
Ancaman MatiPenolakan Muslim sebagai calon anggota dan juga pemilih memicu kekhawatiran bahwa mereka memang disisihkan dari kehidupan bernegara.
Pada Juli, polisi Mandalay menangkap tiga orang, dan dua diantaranya Muslim, dari satu kelompok lintas agama setelah ada kampanye gelap dari Ma Ba Tha. Hingga kini mereka masih ditahan.
Empat orang anggota kelompok itu melarikan diri ke luar negeri dan pertemuan lintas agama di kota itu pun dihentikan.
Seorang pegiat Muslim mengatakan kepada Reuters bahwa dia mendapat ancaman pembunuhan.
 Calon anggota Legislatif Muslim dari Mandalay hanya bisa berkampanye di dalam masjid karena takut ancaman kaum Budha radikal. (Reuters/Jorge Silva) |
Muslim di dalam dan luar kota Mandalay mengatakan takut keluar malam dan tidak lagi bepergian secara bergerombol karena takut ditangkap.
Khin Maung Thein, satu-satunya kandidat Muslim di kota itu, hanya berkampanye di satu masjid Mandalay dan tidak turun ke jalan karena khawatir para biksu Ma Ba Tha mengganggu warga yang mendukungnya.
"Saya tidak bisa tampil secara terbuka untuk berkampanye,” katanya.
(yns)