Rusia Kritik Inggris Tak Bagi Informasi soal Jatuhnya Pesawat

Reuters | CNN Indonesia
Jumat, 06 Nov 2015 09:31 WIB
Rusia mengkritik Inggris tak membagi informasi soal jatuhnya pesawat, setelah Inggris menyebut ada kemungkinan signifikan bahwa kelompok ISIS bertanggung jawab.
Rusia mengkritik Inggris tak membagi informasi soal jatuhnya pesawat, setelah Inggris menyebut ada kemungkinan signifikan bahwa kelompok ISIS bertanggung jawab. (Reuters/Kim Philipp Piskol)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Luar Negeri Rusia mengeluhkan kegagalan Inggris untuk memberikan informasi terkait jatuhnya pesawat komersial Rusia, menyusul pernyataan London yang mengungkap adanya kemungkinan signifikan bahwa kelompok militan ISIS menanam bom di dalam pesawat.

Pesawat maskapai Kogalymavia menewaskan 224 orang penumpang dan kru, 25 diantaranya adalah anak-anak, ketika jatuh di Semenanjung Sinai, Mesir, Sabtu (31/10). Pesawat nahas ini berangkat dari Bandara Sharm el-Sheikh, Mesir, namun tak pernah sampai di tempat tujuannya di St Petersburg, Rusia.
“Pemerintah Inggris tidak memberikan informasi kepada kita soal kecelakaan pesawat,” kata Maria Zakharova, juru bicara kementerian luar negeri, menurut kantor berita TASS, Kamis (5/11).

“Jika mereka memiliki informasi dan mereka tidak memberikannya itu mengejutkan,” tambah dia.
Zakharova juga mengatakan bahwa mengejutkan bahwa perwakilan kementerian luar negeri, dan bukan ahli, yang memberikan teori soal jatuhnya pesawat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Kenyataan bahwa pemerintah Inggris memiliki informasi yang bisa memberi titik cerah tentang apa yang terjadi di langit Mesir sangat mengejutkan,” lanjutnya, seperti dikutip dari kantor berita Rusia, RIA Novosti.
Sebelumnya, Inggris mengatakan bahwa ada kemungkinan signifikan bahwa kelompok yang berafiliasi dengan ISIS berada di balik dugaan serangan yang akhirnya meledakkan pesawat di udara.

"Kami telah melihat seluruh informasi foto, termasuk klaim itu, tapi tentu saja banyak informasi lain juga, dan menyimpulkan bahwa ada kemungkinan yang signifikan," kata Menteri Luar Negeri Inggris Philip Hammond, seperti disiarkan televisi Sky. (stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER