Kritik Pertemuan Xi-Ma, Pemimpin Oposisi Taiwan Dicela Media

Hanna Azarya Samosir | CNN Indonesia
Senin, 09 Nov 2015 17:51 WIB
Media China mengolok kandidat presiden Taiwan, Tsai Ing-wen, lantaran pemimpin oposisi itu mengkritik pertemuan antara Xi Jinping dan Ma Ying-jeou.
Tsai menuding Ma gagal memperjuangkan demokrasi Taiwan. (Reuters/Pichi Chuang)
Jakarta, CNN Indonesia -- Media China mengolok kandidat presiden Taiwan, Tsai Ing-wen, lantaran pemimpin oposisi tersebut mengkritik pertemuan bersejarah antara Presiden Xi Jinping dan Presiden Ma Ying-jeou pada Sabtu (7/11).

Seperti dilansir AsiaOne, Senin (9/11), pertemuan ini memang dianggap bersejarah lantaran kali pertama kedua pemimpin negara bertatap muka setelah Taiwan memisahkan diri dari China pada 1949.

Dalam pertemuan tersebut, Xi dan Ma dikabarkan membicarakan mengenai ketegangan yang kerap terjadi di perairan pemisah kedua negara, Selat Taiwan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pemberitaan terakhir bahkan mengabarkan bahwa China diperkirakan sudah menyiagakan 1.500 rudal untuk mengancam agar Taiwan tidak memerdekakan diri. Ma pun meminta agar Xi menggunakan cara damai untuk mengatasi ketegangan di Selat Taiwan.

Namun dalam pertemuan tersebut, Xi memastikan bahwa rudal tersebut bukan untuk menyerang Taiwan.

Kendati demikian, Tsai menuding Ma gagal memperjuangkan demokrasi Taiwan. Ma juga tidak menyebut pulau tersebut sebagai Republik China, nama resmi negara Taiwan.

Dalam sebuah pernyataan di laman Facebook pribadinya, Tsai menuduh Ma mencoba, "Membatasi masa depan Taiwan demi meraih status politiknya sendiri."

Menanggapi komentar tersebut, harian Global Times yang memiliki hubungan kuat dengan Partai Komunis, dalam editorialnya mengatakan bahwa sikap Tsai sangat janggal dan meremehkan pertemuan Xi dan Ma.

Harian tersebut juga mengatakan bahwa dukungan Tsai untuk kemerdekaan Taiwan sangat berbahaya bagi China.

"Tuntutan Tsai menunjukkan pikiran sempitnya dan egoisme politiknya dengan mementingkan pemilu ketimbang pembangunan perdamaian di Selat Taiwan," tulis Global Times.

Semenjak Ma menjabat, hubungan antara Taiwan dan China memang membaik, terpantau dari nilai perdagangan dan pariwisata yang meningkat antara kedua negara. Hal ini menimbulkan tanda tanya besar mengenai China yang mulai memiliki pengaruh besar dalam perekonomian Taiwan.

Namun, Partai Demokrasi Berkelanjutan (DPP) pimpinan Tsai yang terus menyerukan pembebasan Taiwan diperkirakan menang pemilu pada Januari mendatang.

Global Times pun mengingatkan bahwa akan ada perlawanan keras dari China jika Tsai memperjuangkan kemerdekaan ketika terpilih menjadi pemimpin.

"Ia akan mendapat perlawanan yang lebih cepat dan aneh jika ia tidak belajar bagaimana Chen dihancurkan," tulis Global Times merujuk pada mantan pemimpin Taiwan, Chen Shui-bian, yang juga berasal dari DPP.

Pada 2008, Chen dijatuhi hukuman penjara 20 tahun atas tuduhan korpusi, tapi dibebaskan karena alasan medis pada Januari.

"Masa depan Taiwan harus diputuskan oleh 1,3 miliar warga China, termasuk yang berada di Taiwan," tulis Global Times.

Juru bicara DPP mengaku partainya belum memiliki pernyataan resmi untuk menanggapi pemberitaan tersebut. (stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER