Alat Pendeteksi Bom di Sharm el-Sheikh Diduga Palsu

Hanna Azarya Samosir | CNN Indonesia
Rabu, 11 Nov 2015 10:05 WIB
Petugas keamanan di daerah pesawat Metrojet penerbangan 9268 lepas landas diduga menggunakan alat pendeteksi bom palsu yang tak berfungsi.
Ilustrasi alat deteksi bom. (tifonimages/Thinkstock)
Jakarta, CNN Indonesia -- Ketika otoritas mulai menyelidiki kemungkinan penyebab kecelakaan pesawat Metrojet penerbangan 9268 adalah bom yang diselundupkan ke dalam armada, tim CNN menaruh perhatian pada sistem pengamanan di Sharm el-Sheikh, Mesir. Di sana, petugas keamanan menggunakan alat pendeteksi bom yang dianggap tak berfungsi oleh para pejabat Inggris.

Seperti dilansir CNN, detektor bom tersebut terlihat mirip dengan alat yang dilarang ekspornya oleh pemerintah Inggris. Alat tersebut juga terpantau digunakan di resor Laut Merah, daerah di mana pesawat Rusia tersebut lepas landas.

Kementerian Luar Negeri Inggris pun mempertanyakan hal ini kepada pihak berwenang di Mesir. "Kami akan terus menunjukkan dan mempertanyakan penggunaan alat tersebut," ujar salah satu juru bicara Kemlu Inggris.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Detektor 'tongkat ajaib'

Detektor yang digunakan oleh personel keamanan di Mesir tersebut terdiri dari tongkat plastik dengan antena menonjol. Menurut pengamatan, alat tersebut sangat mirip dengan detektor ADE651, detektor palsu yang dijual di Timur Tengah oleh penipu asal Inggris.

Seorang warga Inggris, James McCormick, bahkan dijatuhi hukuman penjara 10 tahun oleh pengadilan London pada 2013 karena menjual alat tersebut. Berkat modus penipuan tersebut, McCormick sempat merasakan hidup mewah dengan hasil penjualan mencapai puluhan juta dollar.

Detektor yang tak memiliki komponen elektronik ini sebenarnya adalah alat pencari bola golf dengan label merek yang dicopot.

"Alat ini tidak mengandung apapun di dalamnya. Tidak ada hukum ilmu atau fisika yang dapat membuat alat itu berfungsi," ucap Inspektur Detektif Kepolisian Inggris, Edward Heath.

Hal tersebut juga diamini oleh Paul Biddiss, seorang konsultan keamanan yang mengabdi di lembaga tentara Inggris selama 24 tahun. Menurutnya, alat serupa 'tongkat ajaib' tersebut tidak dapat mendeteksi bom.

"Itu adalah sampah. Itu tidak bekerja. Tidak ada ilmu di balik alat itu," katanya.

Biddiss lantas menjabarkan bahwa sebenarnya ada beberapa variasi detektor tersebut. Meskipun berbeda bungkus, semua alat tersebut pasti memiliki antena.

Salah satu variasinya adalah GT200 yang pernah dibeli oleh pemerintah Thailand. Setelah skandal ini terkuak, beberapa petinggi perusahaan Inggris produsen alat itu akhirnya dijatuhi hukuman penjara.

Pemerintah Inggris pun, kata Biddiss, akhirnya melarang ekspor detektor tersebut. "Akan lebih mudah mendeteksi bom menggunakan pistol air (daripada alat tersebut)," kata Biddiss.

Hingga kini, belum diketahui pasti penyebab kecelakaan pesawat Rusia di Mesir yang menewaskan 224 orang ini. Namun pada Selasa (10/11), tim penyelidik menemukan teori baru bahwa staf hotel di Sharm el-Sheikh menyisipkan bom di koper penumpang pesawat Kogalymavia dan meledak di atas Sinai.

Untuk membuktikan teori ini, seluruh staf hotel tempat wisawatan Rusia korban insiden itu menginap diperiksa. Mulai dari pelayan hingga pembawa barang diinterogasi dan diperiksa latar belakangnya, apakah pernah terlibat jaringan teror.

Hal yang sama dilakukan terhadap para pekerja di bandara Sharm el-Sheikh. Intel Barat menduga, pesawat telah ditanami bom, entah siapa yang longgar pengamanannya, bandara atau hotel.

Sementara itu, kelompok bersenjata di Sinai yang berafiliasi dengan ISIS mengklaim bahwa mereka merupakan dalang dari insiden ini. Dalam pernyataan tertulisnya, kelompok bernama Provinsi Sinai ini mengaku membalas dendam atas campur tangan Rusia di perang Suriah.

Selain itu, menurut pemimpin Provinsi Sinai, Abu Osama al-Masri dalam pesan audio, serangan ini menandai setahun baiat mereka kepada ISIS.

Penyidik masih terus mencari bukti-bukti keras yang menunjukkan hal itu, termasuk dari bentuk puing pesawat atau jejak mesiu. Sementara itu, ribuan wisatawan asal Inggris masih terjebak di Sharm el-Sheikh karena penerbangan dibatasi demi alasan keamanan. (den)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER