Jakarta, CNN Indonesia -- Tak lama setelah kecelakaan pesawat Rusia di Semenanjung Sinai, Mesir, ISIS langsung mengklaim bahwa mereka adalah dalang di balik insiden yang menewaskan 224 orang pada Sabtu (31/10) itu. Namun kini, Mesir menampik pernyataan tersebut.
"Jika ada propaganda bahwa kecelakaan tersebut akibat ISIS, ini merupakan satu cara untuk merusak stabilitas dan keamanan Mesir dan citra Mesir. Percayalah, situasi di Sinai, terutama di wilayah terbatas, berada di bawa kontrol penuh kami," ujar Presiden Mesir, Abdel Fattah el-Sisi, pada Selasa (3/11).
Klaim ini sebenarnya sudah ditampik oleh Rusia tak lama setelah ISIS mengeluarkan pernyataan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penyebab jatuhnya pesawat pun sempat mengerucut pada kesalahan dalam armada. Beberapa ahli mengungkapkan kemungkinan besar pesawat pecah di udara, terpantau dari karakteristik sebaran puing yang berada hingga radius 20 kilometer persegi di Sinai.
Namun pada Senin (2/11), pihak maskapai Kogalymavia menyatakan bahwa penyebab jatuhnya pesawat merupakan faktor eksternal.
Alexander Smirnov, wakil direktur jenderal maskapai Kogalymavia, mengatakan bahwa pesawat di bawah merek dagang Metrojet tersebut berada dalam kondisi yang prima.
Wakil direktur jenderal Kogalymavia untuk masalah teknis pesawat, Andrei Averyanov, mengatakan bahwa pesawat itu memang pernah mengalami insiden ketika bagian ekornya menghantam landasan saat mendarat tahun 2011. Namun, ia menegaskan bahwa hal itu sudah diperbaiki.
Menurut Averyanov, pesawat telah menjalani pemeriksaan pada Oktober lalu dan tidak ditemukan adanya masalah. Bahkan, badan pemeriksa transportasi Irlandia telah memberikan sertifikat layak terbang untuk pesawat ini.
Pernyataan ini dianggap membuka kembali kemungkinan kebenaran klaim ISIS.
Rusia memang tengah berperang dengan kelompok militan karena dukungannya terhadap Bashar al-Assad. Wilayah Sinai tempat pesawat jatuh adalah lokasi pemberontakan kelompok yang berafiliasi dengan ISIS dan kerap menyerang warga negara Barat.
Namun, militan di wilayah ini disinyalir tidak memiliki kemampuan roket yang bisa menyerang objek terbang di jarak 30 ribu kaki di udara.
Pihak penyelidik pun kembali menampik pernyataan maskapai dengan mengatakan bahwa penyebab jatuhnya pesawat bukan karena faktor eksternal. Hal ini diketahui dalam pemeriksaan awal kotak hitam oleh penyelidik, seperti dikutip Reuters, Senin (2/11).
Dalam pernyataannya, sumber penyelidik yang tidak ingin disebut namanya mengatakan bahwa pemeriksaan awal menunjukkan tidak ada tanda pesawat hancur di udara akibat serangan dari luar.
Selain itu, pilot juga tidak mengeluarkan panggilan darurat sebelum pesawat Airbus A321 itu hilang dari radar.
Sumber penyelidik tidak memberikan rincian lebih lanjut atas komentarnya tersebut. Saat ini, kotak hitam pesawat tengah diselidiki oleh tim gabungan Rusia dan Mesir dibantu ahli Irlandia, tempat pesawat didaftarkan, dan penyelidik dari perusahaan Airbus di Jerman dan Perancis.
Hingga kini, belum ada kesimpulan penyebab kecelakaan. Pejabat Rusia mengatakan bahwa masih terlalu dini untuk mengetahui mengapa pesawat itu jatuh.
(stu)