Jakarta, CNN Indonesia -- Pemimpin oposisi Myanmar, Aung San Suu Kyi, dipastikan memenangkan satu kursi parlemen, seperti dikonfirmasi oleh Komisi Pemilihan Umum pada Rabu (11/11).
Seperti dilansir CNN, Suu Kyi berhasil mendapatkan kursi parlemen dari daerah pemilihan Kawhmu.
Merujuk pada data penghitungan sementara terakhir, partai pimpinan Suu Kyi, Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), telah mengamankan 163 dari 182 kursi di Pyidaungsu Hluttaw, parlemen negara tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya, Suu Kyi juga sudah memprediksi bahwa partainya akan menghimpun cukup suara untuk membentuk parlemen.
Hingga kini, belum diketahui pasti hasil akhir dari pemilu yang diselenggarakan pada Minggu (8/11) lalu ini. Namun, Suu Kyi mengaku optimistis bahwa partainya akan menang.
Gegap gempita kemenangan pun terasa di markas NLD di Yangon. Ratusan pendukung NLD berpesta, bernyanyi dan bergembira, menurut pantauan CNN Indonesia di Yangon, Senin lalu.
Dua layar televisi raksasa di depan markas menampilkan lagu-lagu kampanye NLD, seperti Khut Daung Manchi (kekuatan merak), may may naing mha phyit mar par (bunda harus menang) dan Athal kyar ka mae ta pyar (satu suara dari hati saya).
Kendati demikian, NLD menuding pemerintah telah menunda hasil pengumuman akhir pemilu dengan sengaja.
Juru bicara NLD, Win Htein, mengatakan usai rapat di rumah Suu Kyu, Selasa (10/11), bahwa pemerintah tengah memainkan taktik licik untuk menjegal kemenangan mereka.
"Komisi pemilihan umum dengan sengaja menundanya karena mereka ingin memainkan semacam trik. Tidak masuk akal mereka merilisnya sedikit demi sedikit, seharusnya tidak seperti itu. Mereka tidak jujur," kata Htein.
Belum ada komentar dari komisi pemilihan umum Myanmar terkait tuduhan penundaan hasil pemilu. Namun, pernyataan NLD memunculkan kekhawatiran pemerintah Myanmar yang didominasi militer akan kembali mengulang sejarah tahun 1990.
Saat itu, NLD menang telak dalam pemilu. Namun pemerintahan Junta menganulir hasilnya dan memenjarakan Aung San Suu Kyi di rumahnya.
Namun pengamat meyakini militer kecil kemungkinannya ikut campur dalam pemilu demokratis kali ini. Pasalnya, militer masih menguasai 25 persen kursi parlemen secara otomatis tanpa perlu dipilih.
Selain itu, siapa pun yang memerintah Myanmar nanti, militer tetap akan memimpin di kementerian pertahanan, dalam negeri dan keamanan perbatasan. Amandemen dari kebijakan pemerintah membutuhkan 75 persen dukungan dari anggota dewan, langkah yang sulit tercapai.
NLD diprediksi menang telak dalam pemilu kali ini. Namun Suu Kyi tidak akan bisa menjadi presiden karena terganjal undang-undang bentukan junta militer yang melarang seseorang yang memiliki pasangan atau anak berkewarganegaraan asing memimpin negeri. Suami Suu Kyi adalah warga Inggris, pun kedua anaknya.
Suu Kyi menyadari tidak akan bisa menjadi presiden. Karena itu dia akan menunjuk presiden boneka dan berada "di atas presiden."
(den)