Naypyidaw, CNN Indonesia -- Ibukota Naypyidaw dibangun oleh bekas diktator Myanmar, kini dipenuhi oleh tentara, polisi dan pegawai negeri.
Namun, para pegawai negeri ini memutuskan untuk menyingkirkan militer dari kekuasaan dengan memilih partai Liga Nasional untuk Demokrasi pimpinan Aung San Suu Kyi.
NLD menang tujuh dari delapan daerah pemilihan Naypyiday, dan ini sejalan dengan trend yang tejadi di seluruh wilayah Myanmar. Militer yang telah berkuasa sejak 1962 kalah dalam pemilu demokratis pertama dalam 25 tahun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di awal dekade ini, Aung San Suu Kyi yan gmerupakan puteri pahlawan kemerdekaan Myanmar, masih dikenai tahanan rumah oleh pemerintah militer.
Dalam pemilu Minggu (8/11), partai pimpinannya menang di wilayah kota dan desa, di wilayah-wilayah etnis minoritas dan juga pusat kelompok mayoritas Myanmar. Hampir setiap anggota senior partai penguasa yang didukung oleh militer kalah dalam pemilu ini.
Kemenangan partai pimpinan NLD demikian besar, bahkan satu bakal calon yang meninggal sebelum hari pemberian suara masih bisa mengalahkan bakal calon dari partai yang berkuasa.
Hasil resmi pemilu masih dihitung, tetapi semua pertanda sejauh ini mengarah pada hal yang paling jarang terjadi: satu pemerintah otoriter menyerahkan kekuasaan secara damai setelah pemberian suara yang menurut pengamat kredibel.
Para pengamat dan warga Myanmar masih mencoba untuk mempercayai hasil pemilu itu. Tetapi kesimpulannya akan bermuara pada satu fakta sederhana: pemujaana terhadap Aung San Suu Kyi dianggap enteng dan pengaruh partai yang berkuasa dibesar-besarkan.
Beberapa hari sebelum pemilu, partai yang berkuasa menyelenggarakan iring-iringan traktor besar-besaran di pedesaan. Ribuan petani yang mengenakan kaos pemberoan partai itu, meneriakkan slogan-slogan dan mengibarkan bendera partai. Band-band keliling menampilkan lagu-lagu pahlawan.
Tetapi dukungan seperti itu sering kali menyesatkan.
Banyak petani mengatakan ikut dalam aksi pawai itu karena dibayar, tetapi di hari pemilihan mereka memberi suara kepada NLD.
Kampanye NLDSebaliknya, kampanye NLD dilaksanakan lebih sederhana. Penjaga toko menyumbang makanan. Pendukung membuat poster sendiri. Konvoi kendaraan di kota-kota kecil berjalan tanpa pengaturan yang jelas.
Strategi partai adalah berjuang keras di hampir semua daerah pemilihan, termasuk di wilayah-wilayah etnis minoritas dimana suara partai ini terancam diambil oleh partai-partai kesukuan yang kecil, sehingga partai yang berkuasa bisa menang.
Tetapi rencana itu tampaknya membuahkan hasil. Partai Aung San Suu Kyi ini mendapat suara melebihi perkiraan di daerah-daerah etnis minoritas dan bahkan mengalahkan partai-partai kesukuan.
Pejabat partai ini mengatakan, untuk wilayah lain mereka memusatkan perhatian pada tingkat mikro.
 Partai Presiden Thein Sein dianggap mewakili pemerintahan militer yang gagal memajukan Myanmar. (Reuters/Soe Zeya Tun) |
“Tugas utama kami adalah dari pintu ke pintu,” kata U Win Htein, anggota seekor NLD, seperti dikutip harian
New York Times.
Partai ini mengingatkan pemilih akan garis keturunan Aung San Suu Kyi dengan menyelenggarakan ulang tahun 100 tahun ayahnya U Aung San pada Juli lalu.
Hal penting lainnya adalah rakyat tidak takut memilih partai selain partai yang berkuasa. Hal ini terjadi karena langkah pemerintah mencabut status negara polisi yang dilakukan dalam lima tahun terakhir.
Pemerintah Presiden Thein Sein mengurangi sensor, membebaskan tahanan politik dan mengijinkan organisasi madani yang dijaman diktator militer terus ditekan, untuk berkembang.
“Satu faktor besar adalah kebebasan yang sudah ada sejak 2011 - terkait dengan media, internet, pelonggaran sendor dan bisa berdemonstrasi,” kata David Steinberg, pakar Myanmar di Universitas Georgetown.
Pemerintah “mengijinkan kampanye berjalan dengan kebebasan lebih besar dibandingkan sebelumnya,” kata Steinberg.
Thein Sein bukannya tokoh yang tidak populer. Tujuh puluh dua persen orang yang mengikuti survey dari Merdeka Center, perusahaan jajak pendapat dari Malaysia, pada Oktober lalu mengatakan mendukung cara presiden ini memerintah Myanmar.
“Mayoritas warga Myanmar mendukung reformasi dan juga membuat negara itu lebih terbuka yang dicoba oleh Thein Sein,” kata Tan Seng Keat, manajer penelitian Merdeka Center.
“Tetapi faktor ini saja tidak bisa menjawab keinginan kuat rakyat untuk memiliki pemerintah yang dipilih dan mengakhiri pemerintahan pemerintahan tak langsung oleh militer.”
Militer Mendukung Reformasi Para pemilih menyalahkan partai yang berkuasa atas kekuasaan militer selama 50 dan ekonomi yang buruk.
“Mereka tampaknya memiliki perasaan bahwa pemimpin yang sekarang telah berkuasa selama 50 tahun,” kata u Khin Mung Htoo, bakal calon anggota parlemen dari partai yang berkuasa di Yangon.
Pemerintah sudah bisa menarik investasi asing, tetapi wilayah pedesaan secara umum masih terbelakang sama seperti lima tahun lalu ketika partai itu berkuasa.
Banyak petani di Mayanmar masih menggunakan kerbau untuk menggarap sawah mereka.
“Sebagian besar warga miskin masih belum membaik dalam lima tahun,” ujar U Yn Myo Thein, seorang pengamat politik. “Sehingga mereka tidak mau pemerintah yang sama, dan ingin perubahan dengan cepat. Itu pesan besar dari pemilu.”
Sebagian pengamat menunjukkan bahwa militer tidak sekadar memperbolehkan hasil pemilihan seperti ini, tetap para jenderal justru yang menggiring ke arah sana.
“Mereka sadar perlu ada perubahan dalam sistem politik,” kata Priscilla A. Clapp, mantan kepala misi Kedutaan Besar AS di Myanmar.
 Rakyat Myanmar sekarang tidak takut lagi untuk memberi suara kepada NLD setelah militer mulai membebaskan cengkraman pada kekuasaan. (Reuters/Olivia Harris) |
“Transisi ini dikelola dengan penuh perhitungan.”
Para pemimpin militer memandang ekonomi negara itu ketinggalan jauh dari negara-negara tetangga, dan membuat satu peta jalan politik menuju demokrasi. Clapp menegaskan, tampaknya militer akan terus mendukung keputusan itu.
Sejarah bergerak dengan sangat lambat di Myanmar, dan hasil penghitungan resmi sedikit demi sedikit diumumkan.
Masih ada kecurigaan mendalam terkait niat militer.
Setelah NLD menang telak dalam pemilu terbuka 1990, militer membatalkan hasil pemilu dan memenjarakan sejumlah besar anggota oposisi.
Hal ini masih bisa terjadi sekarang, tetapi sejauh ini militer mengeluarkan pernyataan yang bertolak belakang dengan kemungkinan itu.
Pada Rabu (11/11) Jenderal Senior Min Aung Hlaing, kepala staf angkatan bersenjata, memberi selamat kepada oposisi “atas keberhasilan mendapatkan kursi mayoritas” di Parlemen.
Pada Kamis (12/11), dia mengatakan militer “akan berusaha keras untuk bekerja sama dengan pemerintah baru.”
Angkatan Bersenjata, ujarnya, akan “terus memperkuat sistem demokrasi multipartai.”
Dan memang sudah ada isyarat perubahan.
Selama beberapa dekade, media pemerintah selalu mengecilkan Aung San Suu Kyi.
Pada Kamis, koran milik pemerintah melaporkan bahwa militer dan presiden telah mengucapkan selamat atas kemenangannya dalam pemilu.
“Selamat Datang Penjaga Baru,” judul berita utama koran New Light of Myanmar.
(new york times/yns)