Hanya Responsif kepada Paris, Facebook Dinilai Pilih Kasih

Melodya Apriliana | CNN Indonesia
Senin, 16 Nov 2015 22:28 WIB
Facebook dinilai pilih kasih karena hanya responsif terhadap serangan di Paris tetapi tak merespons pengeboman di Beirut, Libanon.
Facebook dinilai pilih kasih karena hanya responsif terhadap serangan di Paris tetapi tak merespons pengeboman di Beirut, Libanon. (Dok. Facebook)
Jakarta, CNN Indonesia -- Tak lama usai aksi bom dan penembakan mengguncang Paris pada Jumat (13/11) malam waktu setempat hingga merenggut nyawa 129 orang sejauh ini, Facebook meluncurkan fitur Safety Check bagi para pengguna yang berada di lokasi kejadian untuk mengonfirmasi keselamatan mereka kepada keluarga dan teman di jejaring sosial itu.

Satu hari berselang, Facebook juga memberi wadah bagi pengguna untuk menunjukkan solidaritasnya kepada korban tragedi Paris dengan menambahkan pilihan watermark bendera Perancis pada foto profil.

Tetapi inisiatif itu justru diterpa perdebatan sengit oleh warga dunia maya lantaran Facebook tak merespons tragedi pengeboman di Beirut, Libanon, dengan cara serupa, meski terjadi hanya sehari sebelum peristiwa Paris. Jejaring sosial itu sebelumnya hanya mengaktifkan fitur Safety Check pascabencana alam, seperti gempa bumi di Pakistan baru-baru ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Alhasil, raksasa milik Mark Zuckerberg itu pun dituding pilih kasih.


Reaksi


"Aktivasi pengecekan keamanan untuk Paris, namun tidak untuk Beirut, terlihat melalui sejarah panjang pengabaian nasib penduduk di wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara," profesor komunikasi di Northwestern University of Qatar, Joe Khalil berpendapat, dilansir dari Al Arabiya News pada Senin (16/11).

Ia menambahkan, "Dari perlakuan berbeda ini, media sosial tampak mengulangi pembatasan akses oleh film dan televisi Barat terhadap nasib Arab dari sudut pandang orang Arab."

Sementara itu, blogger asal Beirut, Joey Ayoub, salah satu organisator muda pada protes "You Stink" di kota itu selama beberapa bulan belakangan ini menanggapi dengan pedas di akun Facebook pribadinya. "Saya lihat jelas bahwa bagi dunia, kematian warga Beirut tidak sepenting kematian warga Paris."

Ayoub menyebut dirinya "masyarakat berbahasa Perancis yang istimewa di Libanon", dan menganggap Paris sebagai kampung halaman keduanya.


Respons

Terkait kritisisme yang kian meluas itu, CEO Facebook Mark Zuckerberg berkomentar, "Hingga kemarin, kebijakan kami hanya mengaktivasi Safety Check untuk bencana alam. Kami baru saja menggantinya dan berencana mengaftikan Safety Check untuk bencana kemanusiaan lain yang terjadi," Zuckerberg menuliskan di bawah foto profilnya yang berbendera Perancis.

"Terima kasih untuk semua yang telah bertanya dan perhatian tentang ini. Anda benar bahwa ada banyak konflik penting lainnya di dunia,"

Kepala Respons Darurat Timur Tengah dan Afrika Utara Facebook, Narain Jashmal, turut menambahkan, "Saat ini, kami menyatakan apa yang harus kami katakan. Saya memperkirakan akan ada komunikasi lebih lanjut segera."

Namun bagi profesor Khalil, ada alasan lain di balik fitur tersebut. "Saya melihat watermark foto profil, seperti pengecekan keamanan, sebagai cara facebook untuk menjaga relevansinya bagi pengguna yang masih aktif."

"Dengan menyediakan fitur-fitur ini, Facebook bertujuan tetap relevan setidaknya untuk pengguna yang masih menggantungkan koneksi sosialnya di Facebook. Tetapi ketidakadilan akses itu bisa jadi membuat pengguna mencari alternatif lain," katanya lagi.

Sebaliknya, ahli kebijakan internet dari Abu Dhabi, Rafid Fatani, memaklumi kebijakan yang kian disebut pilih kasih tersebut. Fatani menganggapnya sekedar persoalan sumber daya.

"Menurut saya perbedaan terhadap Beirut dan Paris bukan masalah sikap Facebook, melainkan alokasi sumber daya. Facebook punya sedikit sekali sumber daya kebijakan publik (yang andal) di wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara daripada di wilayah lain." (ama)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER