Antalya, CNN Indonesia -- Aksi terorisme di Paris membayangi pertemuan KTT G20 awal pekan ini di Antalya, Turki. Peristiwa itu juga berujung pada pernyataan khusus bersama antara negara anggota G20 dalam komitmen mereka meningkatkan kerja sama memberantas terorisme.
Dalam pertanyaan soal terorisme, negara anggota G20 mengutuk setiap serangan teroris. Selain itu, G20 menekankan bahwa aksi terorisme tidak bisa dikaitkan dengan agama, kewarganegaraan, serta manifestasi apa pun.
Menurut Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang menjadi tuan rumah pertemuan tahun ini, terorisme sangat erat kaitannya dengan menjaga perdamaian dan stabilitas dunia yang sangat mempengaruhi laju perekonomian global.
"Terorisme tidak mengenal keyakinan, wilayah dan agama. Salah besar jika mengaitkannya dengan agama tertentu, melakukannya adalah penghinaan dan sikap tidak menghormati agama itu," tegas Erdogan dalam pernyataannya usai penutupan KTT G20, di Antalya, Turki, Senin (16/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Serangan di Paris merupakan yang terbesar terjadi di Eropa sejak pengeboman kereta Madrid, Spanyol, yang menewaskan 191 orang pada 2004. Dalam serangan yang terjadi pada Jumat, (13/11), menewaskan 132 orang dan melukai 300 lainnya. Delapan orang tersangka melakukan penembakan dan pengeboman di enam lokasi berbeda di jantung kota Paris.
Mencegah hal serupa terjadi lagi, negara anggota G20 sepakat untuk meningkatkan solidaritas dan kerja sama internasional melalui pertukaran informasi, pembekuan aset-aset teroris dan mengkriminalkan setiap upaya pendanaan terorisme. G20 juga menekankan perlunya terus melakukan pengawasan di internet karena saat kelompok teror seperti ISIS mengeksploitasi media sosial untuk merekruit dan melancarkan propaganda.
Selain itu, negara-negara anggota G20 juga sepakat meningkatkan pencegahan aliran warga asing yang berdatangan ke Suriah atau Irak untuk bergabung dengan ISIS dan kelompok bersenjata lainnya, di antaranya dengan memperketat pemeriksaan perjalanan terduga korban propaganda ISIS.
Terorisme dan ketidakstabilan di sebuah negara, menurut Erdogan akan berdampak buruk bagi kawasan. Ia mencontohkan konflik di Suriah yang pada akhirnya merugikan Turki. Akibat konflik, Turki kebanjiran 2,5 juta pengungsi Suriah dan Irak yang menghabiskan dana negara hingga US$8,2 miliar.
"Kami membuka pintu bagi para pengungsi, tanpa memandang etnis dan agama. Ini adalah sikap yang kami ambil sebagai manusia," tegas Erdogan.
(gir/gir)