Antalya, CNN Indonesia -- Bashar al-Assad disebut sebagai akar permasalahan konflik bersenjata yang berujung pada munculnya berbagai kelompok terorisme di Suriah, berdampak pada keamanan dalam negeri di beberapa negara. Assad, bagaimana pun juga tidak punya tempat lagi pada masa depan pemerintahan Suriah.
"Assad tidak punya tempat di masa depan Suriah. Dia telah membantai rakyatnya. Pengungsi Suriah harus bebas dari kekejaman Assad," tegas Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dalam pernyataannya usai penutupan KTT G20 di Antalya, Senin (16/11).
Posisi Assad di pemerintahan Suriah telah ditegaskan dalam pertemuan di Wina pekan lalu. Dalam pertemuan antara negara Barat dengan Suriah, yang juga diikuti oleh sekutu Assad yaitu Rusia dan Iran disepakatinya perlunya solusi politis untuk mengakhiri konflik yang telah berlangsung selama 4 tahun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam pertemuan itu disepakati untuk segera digelar perundingan antara Assad dengan para pemimpin oposisi Suriah.
Rencana ambisius itu juga memuat tenggat waktu untuk transisi kepemimpinan Suriah, yang diharapkan terjadi dalam waktu enam bulan setelah perundingan antara Assad dan oposisi. Usai terpilih, kepemimpinan yang baru nanti akan membentuk konstitusi baru dan menggelar pemilu yang diawasi dengan ketat oleh PBB dan beberapa negara 18 bulan kemudian,
Erdogan mengatakan rezim Assad telah menyengsarakan rakyatnya. Dengan jumlah korban tewas akibat konflik mencapai 250 ribu orang di Suriah, Erdogan mengatakan bahwa Suriah adalah negara gagal yang berdampak buruk bagi kawasan.
Akibat konflik, Turki kebanjiran 2,5 juta pengungsi Suriah dan Irak yang menghabiskan dana negara hingga US$8,2 miliar. "Kami membuka pintu bagi para pengungsi, tanpa memandang etnis dan agama. Ini adalah sikap yang kami ambil sebagai manusia," tegas Erdogan.
Presiden Amerika Serikat Barack Obama yang berbicara di kesempatan berbeda di Antalya juga mengatakan bahwa kepemimpinan Assad telah berakhir. Cara Assad memimpin dengan tangan besi menjadi akar permasalahan yang kini mendera Suriah dan Irak, salah satunya dengan munculnya kelompok bersenjata ISIS.
"Kami memiliki beberapa kesepakatan (pada pertemuan Wina), terutama soal Bashar al-Assad yang kami meyakini tidak memiliki tempat lagi di Suriah karena kebrutalannya yang menjadi akar permasalahan," ujar Obama.
Diharapkan, dengan berakhirnya kepemimpinan Assad maka berbagai permasalahan bisa mulai dicari solusinya, salah satunya adalah isu pengungsi yang kini membanjiri Eropa.
Krisis pengungsi ini disebut-sebut sebagai yang terparah sejak Perang Dunia II. Ada empat juta orang yang saat ini mengungsi di Turki, Yordania dan Lebanon, kabur dari perang sipil di Suriah dan Irak.
(gir/gir)