Pelaku Tragedi Paris, Penjaga Bar yang Jadi Teroris

Melodya Apriliana/Reuters | CNN Indonesia
Selasa, 17 Nov 2015 18:08 WIB
Pelaku bom bunuh diri dalam serangan Paris lalu tadinya merupakan penjaga bar, bersikap normal dan tak pernah menunjukkan kecenderungannya pada radikalisme.
Pelaku bom bunuh diri dalam serangan Paris lalu tadinya merupakan penjaga bar, bersikap normal dan tak pernah menunjukkan kecenderungannya pada radikalisme. (Police Nationale/Handout via Reuters)
Jakarta, CNN Indonesia -- Dua pekan lalu, wali kota distrik Molenbeek, Brussels, menutup sebuah bar di mana sang pemilik ditemukan menjual narkoba dan ganja sepanjang musim panas.

Dan Jumat lalu, enam minggu setelah bar tersebut dijual, pemuda itu meledakkan dirinya di sebuah kafe di Paris dalam sebuah misi baiat kepada ISIS.

Dialah Ibrahim Abdeslam, 31, pelaku pengeboman tragedi Paris pada Jumat (13/11). Sementara sang adik, Saleh Abdeslam, kini jadi manusia paling diincar se-Eropa. Perjalanan Abdeslam dari seorang penjaga bar hingga pelaku bom bunuh diri yang sungguh bertolak belakang masih jadi misteri.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Rasanya sangat terkejut, apalagi dia adalah orang yang biasa menghabiskan waktu bersama Anda," ujar Nabil, 25, dalam perjalanan pulang ke apartemen yang melewati kafe Les Beguines milik Abdeslam dulu.

"Mereka biasa-biasa saja dan senang tertawa," Nabil mengenang kawannya yang kini buron. "Tidak ada yang radikal dari mereka... Mereka baru satu pekan lalu nongkrong di sini... Saya pikir mereka didoktrin... Ada dalang di balik ini semua."

Bak Sylvester Stallone

Hicham, 25, juga memiliki keheranan serupa, "Mereka merokok. Mereka tidak ke masjid atau sejenisnya. Kami lihat mereka di kafe setiap hari," katanya. Ibrahim, dengan suara yang disebut Hicham "mirip Sylvester Stallone", kadang-kadang bisa "sedikit gila".

"Kami bermain kartu, ngobrol sepak bola," Hicham menambahkan, dikutip dari CNN. "Kami bicara tentang hal sehari-hari. Tidak ada jihadis, tidak tentang Islam."

Senin kemarin, kepolisian Belgia membebaskan adik ketiga Abdeslam, Mohammed, seorang pegawai pemerintah setempat, usai dua hari diperiksa. Mantan rekan kerja Saleh di sebuah bengkel trem turut dimintai keterangan. Menurutnya, Saleh dipecat tahun 2011 akibat mangkir dari tugasnya.

Media lokal Belgia juga melaporkan bahwa Saleh sempat dibui atas perbuatan merampok lima tahun lalu bersama pria asal Molenbeek lain, Abdelhamid Abaaoud, 28. Penyidik Perancis yakin Abaaoud diduga memerintahkan serangan Paris dari Suriah. Abaooud kini memang telah jadi propagandis internet untuk ISIS di bawah nama perang Abu Omar al-Belgiki, alias orang Belgia.

Hingga kini, kepolisian Belgia belum dapat mengonfirmasi rekam jejak Abdeslam bersaudara, serta apakah mereka pernah dimata-matai.

Narkoba

Les Beguines digerebek polisi bulan Agustus lalu. Di pintu bangunan bata bergaya abad ke-19 tersebut, polisi menuliskan, "Gedung ini telah dipergunakan untuk mengonsumsi zat halusinogen berbahaya."

Dari pengumuman itu dapat diketahui pula bahwa polisi menemukan "bau kuat narkoba" dan asbak berisi "sebagian puntung rokok". Per tanggal 5 November, bar itu resmi ditutup untuk lima bulan ke depan.
Walikota Molenbeek, Francoise Schepmans sendiri mengakui wilayahnya sebagai "cikal-bakal kekerasan radikal", dari soal padatnya populasi hingga pengangguran muda.

Tetapi Abdeslam bersaudara bukan pengangguran. Berdasarkan penelusuran dokumen legal oleh Reuters dan laporan harian Belgia, L'Echo, Ibrahim mendirikan sebuah perusahaan untuk menjalankan usaha barnya pada Maret 2013. Meski posisi manajernya diwariskan kepada Saleh, pria berkewarganegaraan Perancis itu tetap jadi pemilik. Anggota keluarganya yang lain pun turut membantu usaha bar.

Mereka pun tertegun atas segala kejadian ini. "Kami tidak pernah bermasalah dengan hukum," ujar Mohammed Abdeslam kepada sejumlah reporter di pintu rumahnya. "Orang tua saya masih terguncang dan tidak mengerti apa yang terjadi,"

Ia menambahkan, keluarganya bahkan tak tahu Ibrahim bertolak ke Paris pada Jumat nahas itu, atau di mana Saleh sekarang berada.

Ibrahim meledakkan diri di Comptoire Voltaire, sebuah kafe dekat gedung konser Bataclan yang memakan lebih 100 korban. Saleh, setelah sempat diperiksa polisi perbatasan Belgia namun dibebaskan kemudian, menyewa mobil Volkswagen berpelat Belgia ke Bataclan bersama dua pria lain.

Solidaritas untuk Paris masih terus mengalir dari seluruh dunia, termasuk dari Jerman. (Reuters/Hannibal Hanschke)
Menumpangi seorang kawan

Menurut pengacara Mohammed, kedua orang di mobil tersebut kini tengah diperiksa oleh kepolisian Belgia.

Pengacara dari Mohamed Amri, salah satu penumpang Volkswagen itu, mengatakan kliennya mendapat telepon dari seorang teman yang meminta dijemput di Paris karena mobilnya rusak. Amri mengaku tak terlibat dalam bentuk apapun pada penyerangan di Paris.

Sementara Amir, yang kini juga tengah diperiksa, turut mengaku dihubungi oleh seorang teman pada Jumat malam untuk menjemput Saleh di Paris, tetapi ia tak berani menempuh jarak sejauh itu dengan mobil sewaannya. "Rasanya tidak masuk akal," Amir mengomentari pemeriksaan yang sedang berjalan. "Saya bisa saja mengalaminya..."

Meski begitu, Mohammed tetap yakin Saleh tak berdosa atas tragedi Jumat. "Namun di situasi segenting ini, kami tidak tahu apakah dia berani menyerahkan diri."

Mohammed tak tahu jawabannya. Baginya, Ibrahim dan Saleh "benar-benar normal." (stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER