Polisi Perancis Gerebek Teroris, 8 Ditangkap dan 2 Tewas

CNN Indonesia
Kamis, 19 Nov 2015 06:12 WIB
Kedua belah pihak bertemu dalam pertempuran sengit sejak awal, yang termasuk peledakkan diri seorang wanita dan baku tembak selama sekitar satu jam.
Kepolisian Perancis menggerebek lokasi persembunyian pelaku teror di Saint-Denis, Rabu (18/11/2015). (REUTERS/Benoit Tessier)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah Perancis akhirnya mengambil tindakan ofensif pada Rabu (18/11), dengan menggerebek lokasi yang diklaim menjadi sarang persembunyian pemimpin serangan mematikan Paris di pekan lalu. Penggerebekan itu berakhir dengan penahanan delapan orang, dan menewaskan dua lainnya.

Seperti dikutip dari CNN, Jaksa penuntut Paris, Francois Molins mengatakan bahwa Abdelhamid Abaaoud, sang terduga pemimpin serangan, adalah orang Perancis yang diduga baru datang dari ‘ibukota de facto ISIS’, alias wilayah Raqqa di Suriah.
Abdelhamid diduga telah bersembunyi di satu titik di lantai tiga sebuah gedung apartemen di Saint-Denis, pinggiran utara Paris. Namun tidak ada yang mengetahui apakah ia berada di sana ketika puluhan polisi Perancis bersenjata melancarkan serangan mereka.

Pihak berwenang memusatkan perhatian pada bangunan di Saint-Denis setelah mendalami percakapan telepon yang menunjukkan bahwa saudara Abdelhamid mungkin berada di lokasi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kedua belah pihak bertemu dalam pertempuran sengit sejak awal, di mana termasuk seorang wanita yang meledakkan diri dan peluru yang saling dimuntahkan selama sekitar satu jam. Kepolisian Perancis bahkan menggunakan senjata kelas berat, yang menyebabkan satu lantai runtuh.

Pertempuran yang sarat pertumpahan darah itu menyisakan puing-puing yang termasuk ceceran bagian tubuh, di mana penyidik kemudian melakukan tes DNA, mencoba untuk menentukan identitas dua teroris yang terbunuh.

Sayangnya, Molins mencatat bahwa baik Abaaoud atau Salah Abdeslam, yang juga diduga terlibat dalam serangan teror pekan lalu, tidak termasuk di antara delapan orang yang ditahan tersebut.

Presiden Perancis, Francois Hollande menyatakan penggerebekan yang brutal tersebut sebagai bukti lebih lanjut bahwa pihaknya sedang “berperang" melawan ISIS.

"Apa yang para teroris targetkan adalah apa yang Perancis wakili. Hal ini adalah apa yang diserang pada malam 13 November lalu. Orang-orang barbar ini menargetkan keragaman Perancis. Kaum muda Perancis juga menjadi sasaran hanya karena mereka mewakili kehidupan," ujarnya

Karena ancaman ini, Hollande telah mengusulkan memperluas status darurat negara Perancis menja selama tiga bulan lebih, suatu kebijakan yang memberikan otoritas kekuasaan lebih besar dalam melakukan pencarian, menahan orang dan memeriksa kelompok tertentu.

Ia juga akan mengajak para pemimpin dunia, termasuk dalam pertemuan pekan depan dengan Presiden AS Barack Obama dan Presiden Rusia Vladimir Putin – yang telah berselisih tentang apa yang harus dilakukan di Suriah – untuk pergi melawan kelompok ekstrimis tersebut.

"Tidak boleh ada lagi perpecahan. Hanya ada laki-laki dan perempuan dengan tugas. Kita harus menghancurkan tentara ISIS ini yang mengancam seluruh dunia, bukan hanya beberapa negara," tegasnya.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER