Jakarta, CNN Indonesia -- Majalah propaganda resmi kelompok militan ISIS berbahasa Inggris, Dabiq pada Rabu (18/11) mempublikasikan foto kaleng minuman ringan Schweppes yang diklaim ISIS digunakan sebagai bom rakitan yang berhasil menjatuhkan pesawat Metrojet Rusia di Semenanjung Sinai, Mesir pada 31 Oktober lalu.
Foto di majalah Dabiq itu menunjukkan sekaleng minuman ringan Schweppes Gold dan dua barang lainnya yang nampak seperti detonator. Tiga barang itu difoto di atas selembar kain biru. Tiga komponen itu disinyalir dapat menghasilkan ledakan yang berbahaya jika terjadi dalam penerbangan.
"Tentara Salib dari Timur dan Barat berpikir mereka aman di pesawat mereka, ketika mereka dengan pengecut membombardir Khilafah Muslim," bunyi laporan di majalah Dabiq. 'Tentara Salib dari Timur dan Barat' mengacu kepada Amerika Serikat dan Rusia yang melancarkan serangan udara di Suria. Sementara, 'Khalifah Muslim' mengacu kepada kelompok militan ISIS.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dan balas dendam ini ditujukan kepada mereka yang merasa aman di berada di kokpit," pernyataan ISIS di majalah Dabiq, dikutip dari Reuters.
Barat memperkirakan pesawat itu hancur di udara akibat ledakan bom. Moskow kemudian mengkonfirmasi dugaan tersebut pada Selasa (17/11). Meski demikian, pemerintah Mesir masih belum menemukan bukti tindakan kriminal atas insiden yang menewaskan 224 penumpang dan awak ini.
Selain mempublikasikan bom rakitan, ISIS juga mempublikasikan foto paspor para korban asal Rusia, yang dikatakan "berhasil diperoleh oleh mujahidin". Hingga kini, foto tersebut belum dapat dipastikan kebenarannya.
Kelompok ISIS, yang berhasil menguasai sebagian wilayah di Suriah dan Irak, menyatakan berhasil menemukan celah keamanan di bandara Sharm al-Sheikh, untuk kemudian menyelundupkan bom tersebut ke pesawat.
Bandara ini banyak digunakan oleh penerbangan pribadi dan penerbangan murah, dengan tujuan utama ke sejumlah resor dan pantai di Sinai.
Kelompok militan ISIS menyatakan pada awalnya pihaknya ingin meluncurkan serangan bom pada pesawat milik negara yang ikut dalam koalisi serangan udara pimpinan AS. Namun, karena Rusia memutuskan meluncurkan kampanye serangan udara sendiri di Suriah sejak akhir September lalu, ISIS memutuskan untuk menargetkan pesawat milik Rusia.
"Sebuah bom diselundupkan ke pesawat, menyebabkan kematian 219 warga Rusia dan lima tentara salib lain hanya sebulan setelah keputusan Rusia yang tak berkemanusiaan," bunyi pernyataan dari ISIS.
Menteri Dalam Negeri Mesir menyatakan pada Selasa (17/11) bahwa "tidak ada informasi" tentang penyimpangan keamanan di bandara Sharm al-Sheikh.
Kelompok militan afiliasi ISIS di Mesir yang menamakan diri Provinsi Sinai mengaku bertanggung jawab atas serangan itu. Meski demikian, para pejabat Mesir menilai bahwa spekulasi serangan bom masih belum dapat dibuktikan.
(ama)