Jakarta, CNN Indonesia -- Rusia pada Selasa (17/11) untuk pertama kalinya mengkonfirmasi bahwa pesawat Metrojet Rusia jatuh di Semenanjung Sinai pada 31 Oktober lalu karena serangan bom. Meski demikian, Mesir menyatakan bahwa para penyidiknya belum menemukan bukti tindakan kriminal atas insiden yang menewaskan 224 penumpang dan awak pesawat itu.
Pemerintah Mesir mengadakan pertemuan mingguan di Sharm al-Sheikh untuk menunjukkan solidaritas kepada industri pariwisata yang terkena dampak akibat dibatalkannya sejumlah penerbangan dari dan menuju bandara Sharm al-Sheikh.
Perdana menteri Mesir dan beberapa anggota pemerintah, mengadakan konferensi pers, dan menyatakan bahwa mereka tidak serta merta mengkonfirmasi dugaan Rusia tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pihak berwenang Mesir menegaskan mereka akan mempertimbangkan penyelidikan yang telah dicapai pihak Rusiam dalam penyelidikan komprehensif," kata Perdana Menteri Sherif Ismail, dikutip dari Reuters, Selasa (17/11).
Menteri Dalam Negeri Mesir, Magid Abdel Ghaffar, berjanji bahwa jika kesalahan terjadi pada pihak keamanan Mesir, siapa pun dalang di balik serangan ini akan menerima hukuman. Meski demikian, Ghaffar menyatakan bahwa masih terlalu dini untuk menarik kesimpulan apa pun.
"Mengenai Bandara di Sharm al-Sheikh, ketika kita menemukan penyimpangan keamanan, kami akan mengambil tindakan, tetapi sampai sekarang kami tidak memiliki informasi tentang penyimpangan dalam prosedur pencarian dan keamanan," katanya.
Ghaffar menambahkan bahwa pihak berwenang Mesir telah meningkatkan keamanan di semua bandara dan sekarang tengah memeriksa semua tas, penumpang dan staf yang melakukan operasi keamanan rutin.
Mesir juga mempersilakan para pakar asing untuk meninjau langkah-langkah keamanan di bandara untuk memastikan bahwa bandara tersebut memenuhi standar mereka.
Mesir sebelumnya menyangkal bahwa serangan bom yang menjadi penyebab jatuhnya pesawat Airbus tersebut. Namun, kini sejumlah pejabat penerbangan dan menteri dalam negeri menyatakan bahwa seluruh spekulasi soal insiden itu masih diselidiki.
Sementara, sumber di kementerian penerbangan sipil Rusia mengkonfirmasi bahwa pihaknya telah mengambil sampel pasir dari lokasi kecelakaan untuk diselidiki. Mesir berjanji akan turut mempertimbangkan hasil penyelidikan tersebut.
Menteri Penerbangan Sipil Mesir, Hosam Kamel menyatakan bahwa hingga saat ini penyelidikan masih terus berjalan dan pihaknya belum mencapai kesimpulan.
"Sampai saat ini, tidak ada bukti kriminal," katanya
Sementara, Kepala Dinas Keamanan Rusia, FSB, Alexander Bortnikov, memaparkan dalam siaran televisi bahwa penyidik Rusia menemukan pecahan bahan peledak buatan asing di reruntuhan badan pesawat dan di sejumlah barang pribadi penumpang.
"Kami dengan tegas dapat menyatakan insiden ini adalah aksi teroris," katanya.
Bortnikov juga menyatakan bahwa para penyidik Rusia berkesimpulan pesawat nahas itu jatuh akibat ledakan bom rakitan yang berisi bahan peledak seberat 1 kg TNT, yang kemudian meledak, membuat pesawat hancur di udara.
(ama)