Hong Kong, CNN Indonesia -- Delapan kandidat yang ikut serta dalam gerakan pro-demokrasi di Hong Kong tahun lalu, atau biasa disebut Tentara Payung, memenangkan kursi dalam pemilihan umum tingkat wilayah pada Minggu (22/11).
Dalam pemilu ini, 900 kandidat memperebutkan 431 kursi dewan wilayah kota yang mayoritasnya diduduki oleh partai pro-Beijing.
Kantor berita Reuters melaporkan, hasil pemilu ini dianggap sebagai cerminan dukungan terhadap perubahan politik di negara yang berada di bawah naungan China ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mereka adalah pasukan baru. Pasukan ini adalah kekuatan baru, sebuah tantangan bagi pemerintah dan otoritas pusat di Beijing," ujar seorang analis politik dari
City University of Hong Kong, James Sung seperti dikutip Reuters.
Salah satu kandidat dari Tentara Payung yang terpilih, Wong Chi-ken, berharap dapat mengemban tugas dengan baik.
"Harapan saya sekarang adalah agar dapat melayani masyarakat dengan baik," ucap Wong.
Para kandidat yang ikut serta dalam gerakan pro-demokrasi ini akhirnya dapat menjalani proses politik resmi setelah aksi protes mereka tahun lalu dianggap ilegal oleh pemerintah pusat di Beijing.
Wewenang anggota dewan wilayah kota memang tak terlalu besar, hanya sebagai pemantau yang bisa memberi saran bagi kebijakan selanjutnya kepada pemerintah yang dikendalikan China.
Namun, hasil pemilu ini dianggap bisa menggambarkan bagaimana pemilu Dewan Legislatif tahun depan dan pemilihan pemimpin Hong Kong pada 2017 akan berjalan.
"Hasil ini menunjukkan bahwa Tentara Payung merefleksikan perhatian atau harapan kaum muda," kata seorang pengamat politi, Johnny Lau.
Sementara itu, sejumlah politisi veteran yang memperjuangkan demokrasi kehilangan kursi dalam pemilu kali ini, salah satunya adalah anggota parlemen dari Partai Demokrasi, Albert Ho, yang mengalami pertarungan sengit di wilayah Tuen Mun.
Begitu pula dengan Frederick Fung, kandidat pro-demokrasi yang mencalonkan diri di distrik kelas pekerja di Sham Shui Po.
Hal serupa juga dialami oleh kandidat pro-Beijing, Chung Shu-kun. Hasil ini cukup mengejutkan mengingat Chung sudah 21 tahun menjadi anggota dewan kota.
Meskipun hasil pemilu ini sangat acak, para pakar menilai bahwa jumlah anggota kelompok pro-demokrasi dan pro-pemerintah tidak akan berubah secara signifikan.
Namun beberapa pakar mengakui bahwa gerakan pro-demokrasi selama 79 hari tahun lalu merupakan salah satu tantangan politik terbesar bagi China.
Para pengunjuk rasa menuntut China untuk memberikan kewenangan pemilu yang sepenuhnya demokratis bagi Hong Kong pada 2017 mendatang. Namun, upaya mereka gagal dan China mengatakan bahwa masyarakat Hong Kong harus memilih kandidat dalam daftar yang sudah disetujui terlebih dahulu oleh Beijing.
Pemerintah menerjunkan pasukan militer untuk menenangkan massa dengan gas air mata. Para pengunjuk rasa melindungi diri dengan payung. Insiden inilah yang membuat mereka disebut Tentara Payung.
(reuters/yns)