Jakarta, CNN Indonesia -- Ternyata 80 persen senjata yang dipakai dalam penembakan massal di Amerika Serikat adalah senjata legal. Data itu dikumpulkan oleh Majalah Mother Jones, tak lama setelah penembakan yang menewaskan 14 orang di San Bernardino terjadi.
Majalah itu mengumpulkan data dari peristiwa penembakan yang menewaskan setidaknya 4 orang di tempat umum. Dari kriteria itu, Majalah Mother Jones mendapati 73 kasus penembakan sejak 1982. Sebanyak 80 persen senjata yang digunakan dibeli secara sah menurut hukum yang berlaku.
Termasuk senjata yang dipakai tersangka penembakan di San Bernardino, Syed Rizwan Farook dan istrinya, Tashfeen Malik. Mereka punya dua senapan laras panjang kaliber .223 dan dua pistol semiotomatis 9mm yang dibeli secara legal.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagi penyokong pembatasan senjata api di Amerika Serikat, kasus di San Bernardino menguak kembali perhatian terhadap isu pembatasan senjata api. “Struktur hukum kita sayangnya seringkali mengizinkan orang yang tak berhak bisa membeli senjata api,” tutur Mike McLively, dari Law Center to Prevent Gun Violance di San Francisco, seperti dikutip NBC News.
Kasus seperti itu, kata McLively, contohnya adalah penembakan massa di Virginia Tech pada 2007 dan penembakan di gereja di Charleston, South Carolina pada Juni lalu.
Persoalan besar pada hukum adalah ketika seseorang ingin membeli senjata api, mereka harus diperiksa berdasarkan National Instant Criminal Background Check System (NICS).
Masalahnya, pembeli bisa memegang senjata itu selama 72 jam dan bahkan, meski pemeriksaan belum tuntas, pembeli bisa mendapatkan senjata itu secara sah setelah 72 jam.
Padahal, sebanyak 9 persen pemeriksaan background membutuhkan investigasi lebih lanjut, menurut Law Center to Prevent Gun Violence.
Perhatian ObamaPresiden Barack Obama sendiri telah memberikan perhatiannya pada isu kepemilikan senjata api ini pasca serangan di San Bernardino. “Ini pengingat yang tragis bagi kita bahwa di sini, di Amerika, masih terlalu mudah bagi orang berbahaya untuk mendapatkan senjata api,” kata Presiden, dalam pidato radio mingguan, Jumat (4/12).
Obama meminta Kongres meloloskan undang-undang yang melarang orang yang termasuk ke dalam daftar dilarang terbang untuk membeli senjata dengan mudah.
“Bila Anda terlalu berbahaya untuk terbang dengan pesawat, Anda pun terlalu berbahaya untuk memiliki senjata api,” kata Presiden.