Jakarta, CNN Indonesia -- Tashfeen Malik, salah satu pelaku penembakan di fasilitas penyandang disabilitas di San Bernardino, California, diketahui sempat berupaya menghubungi sejumlah kelompok militan beberapa bulan sebelum melancarkan aksinya yang menyebabkan 14 orang tewas. Meski demikian, sejumlah kelompok militan tersebut menghindari Malik, diduga karena takut tertangkap di AS.
Sejumlah sumber pemerintahan federal AS yang tak ingin dipublikasikan namanya belum dapat memastikan jumlah kelompok militan yang dihubungi Malik. Namun, mereka yakin Malik sempat menghubungi Front al-Nusra, afiliasi al-Qaidah di Suriah.
Salah satu sumber menyatakan bahwa pemerintah AS kini masih belum dapat memastikan apakah Malik atau suaminya, Syed Rizwan Farook, 28, mengontak kelompok militan ISIS, yang mengendalikan sebagian besar Suriah dan Irak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
ISIS sendiri mengklaim bahwa Malik dan Farook merupakan simpatisan mereka.
Kelompok militan yang dihubungi Malik kemungkinan mengabaikan pendekatan Malik karena mereka sangat waspada soal bergabungnya warga asing yang belum bertemu langsung dengan mereka.
Pekan lalu, FBI menyatakan bahwa Malik telah berbaiat setia kepada ISIS sebelum penembakan terjadi.
Ketua Komite Kehakiman Partai Republik, Bob Goodlatte, menyatakan bahwa sejumlah warga di komunitas tempat tinggal Malik dan Tashfeen melihat mereka melakukan aktivitas mencurigakan di rumahnya, 'tetapi memutuskan untuk tidak memberitahu pihak berwenang untuk berbagai alasan'."
FBI kini masih mencari motif penembakan yang melukai 21 orang ini. Pihak berwenang mengatakan Farook dan Malik telah teradikalisasi sebelum mereka bertemu secara daring pada 2013 dan menikah pada tahun lalu.
Sumber penegak hukum mengungkapkan para penyidik kini berfokus kepada penulusuran soal bagaimana Malik, yang lahir di Pakistan dan tinggal lama di Saudi memperoleh visa K-1 sehingga dapat memasuki AS dan bertemu dengan Farook, warga AS dari keluarga imigran Pakistan. Program K-1 kini tengah diawasi secara ketat oleh Departemen Luar Negeri AS dan Departemen Keamanan Dalam Negeri AS.
Dalam sidang dengar pendapat Komisi Yudisial Senat, Senator Charles Grassley dari Iowa menyatkan bahwa Malik mencantumkan alamat palsu di Pakistan, tetapi hal ini tidak disadari oleh pihak imigrasi.
Juru bicara Menteri Luar Negeri AS, John Kirby menyatakan bahwa aplikasi K-1 visa untuk tunangan harus melalui beberapa tahap, yakni proses verfikasi sidik jari, pengecekan latar belakang dan wawancara langsung. Sebagian lainnya bahkan harus diperiksa oleh Departemen Keamanan Dalam Negeri.