Jakarta, CNN Indonesia -- Penjualan pesawat Golden Eagle T-50, jet tempur yang jatuh di sekitar landasan militer Bandara Adisucipto Yogyakarta pada Minggu (20/12), harus mendapatkan izin dari Amerika Serikat. Pasalnya, jet tempur berbobot ringan buatan Korea Selatan ini dirakit menggunakan teknologi utama dari AS.
Jet tempur Golden Eagle T-50 merupakan pesawat tempur yang dikembangkan oleh Korea Aerospace Industries (KAI) bekerja sama dengan Lockheed Martin, perusahaan ternama asal AS yang bergerak di bidang pengembangan teknologi penerbangan dan keamanan. Golden Eagle T-50 merupakan pesawat tempur pertama buatan Korea Selatan yang bisa mencapai kecepatan supersonic.
Dikutip dari Korea Times, KAI bekerja sama dengan Lockheed Martin pada 2006 untuk merakit sebuah pesawat tempur T-50 yang berbobot ringan dengan mesin yang kencang. Perakitan pesawat ini menggunakan teknologi inti dari AS, termasuk dalam sistem kendali penerbangan maupun mesin rancangan AS.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Oleh karena itu, Korsel perlu mendapatkan persetujuan dari pemerintah AS untuk mengekspor pesawat tersebut, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Pengendalian Ekspor Senjata AS.
AS bahkan dapat memblokir penjualan jet T-50, seperti yang terjadi pada Oktober lalu, ketika AS memblokir penjualan 12 jet tempur T-50 dari KAI ke Uzbekistan. Padahal, penjualan jet tempur tersebut bernilai US$400 juta, atau sekitar Rp5,5 triliun.
"Karena Uzbekistan memiliki hubungan yang dekat dengan Rusia, AS khawatir ekspor T-50 ke Uzbekistan dapat berujung pada kebocoran teknologi ke Rusia," kata sumber militer AS, dikutip dari Korea Times.
Pemblokiran penjualan jet tempur T-50 ke Uzbekistan juga merupakan pukulan telak bagi Korsel yang kala itu gagal mendapatkan teknologi sistem kendali penerbangan pesawat F-35. Padahal, Korsel telah membeli 40 pesawat tempur F-35 dari AS.
Berbagai varian jet tempur T-50 rencananya akan digunakan untuk keperluan latihan militer di sejumlah negara. Pada akhir Maret 2014, Departemen Pertahanan Nasional Filipina mengumumkan pembelian 12 jet serang ringan varian dari TA-50, yakni FA-50 senilai US$421 juta, atau sekitar Rp5,8 triliun.
Irak juga telah bernegosiasi untuk mengakuisisi jet tempur T-50 untuk latihan militer. Pertama kali ketika menyatakan minatnya pada KTT Korea-Irak di Seoul pada 24 Februari 2009, Irak menandatangani kontrak akuisisi 24 jet tempur varian T-50IQ pada Desember 2013. Akuisisi ini dilengkapi dengan pembeluan peralatan tempur dan pelatihan pilot selama 20 tahun.
Thailand juga akan menggunakan jet tempur varian T-50 yang akan digunakan untuk menggantikan pesawat L-39 Albatros yang telah menua. Pembelian jet tempur ini diumumkan pada Septermber 2015 ketika Thailand lebih memilih membeli jet buatan Korsel ini ketimbang jet tempur buatan China, Hongdu L-15.
Korea Selatan juga dilaporkan akan mencoba untuk menjual jet tempur T-50s dan membeli jet tempur F-35. Jet tempur T-50 merupakan salah satu pesaing dalam program TX yang dibuka oleh Angkatan Udara AS. Jika lolos dalam program ini, Korsel memiliki kesempatan untuk mengekspor 300 hingga 1.000 pesawat tipe tersebut beserta variannya.
Di Indonesia Golden Eagle T-50 sudah mendarat sejak akhir 2013 untuk menggantikan pesawat Hawk MK-53. Total ada 16 pesawat yang dipesan Kementerian Pertahanan dan masuk secara bertahap.
(ama)