Bos WikiLeaks: AS Berusaha Lengserkan Assad Sejak 2006

Amanda Puspita Sari | CNN Indonesia
Senin, 21 Des 2015 15:38 WIB
Pendiri WikiLeaks, Julian Assange memaparkan bahwa Amerika Serikat telah lama berencana untuk melengserkan Presiden Suriah, bahkan sejak tahun 2006.
Pendiri WikiLeaks, Julian Assange memaparkan bahwa Amerika Serikat telah lama berencana untuk melengserkan Presiden Suriah, bahkan sejak tahun 2006. (Dan Kitwood/Getty Images)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pendiri WikiLeaks, Julian Assange, memaparkan bahwa Amerika Serikat telah lama berencana untuk melengserkan Presiden Suriah, bahkan sejak 2006.

Dilansir dari kantor berita Rusia, Sputnik News, menurut Assange, WikiLeaks telah menerbitkan informasi yang membeberkan bahwa Amerika Serikat berencana untuk menggulingkan Assad sejak 2006. Strategi ini dilaksanakan dengan berbagai cara, termasuk memprovokasi pemerintah Assad.

Informasi ini diungkapkan Assange dalam film dokumenter yang disiarkan pada Minggu (20/12) di saluran televisi Rusia, Rossiya 1.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Assange menyatakan Washington tengah berupaya membuat pemerintah Suriah khawatir dan melakukan "bereaksi berlebihan," serta menciptakan ketegangan antara umat Muslim Sunni dan Syiah.

Assange mengklaim bahwa anggota pasukan serangan udara AS, Inggris dan Perancis bertemu dengan perwakilan dari Stratfor, perusahaan intelijen global, sebelum Desember 2011. Para pejabat tersebut menyatakan bahwa AS berupaya mencari alasan agar dapat menyerang pertahanan Suriah melalui serangan udara.

Suriah dilanda perang saudara sejak 2011. Dalam perang saudara yang telah berlangsung selama lima tahun ini, Assad mendapat tekanan dan desakan untuk lengser dari berbagai kelompok pemberontak, baik dari kelompok pemberontak yang moderat, seperti Free Syrian Army (FSA) maupun kelompok radikal seperti ISIS.

Negara-negara Barat dan sejumlah negara Timur Tengah menilai Assad harus lengser dari Suriah agar perdamaian itu dapat tercipta. Banyak laporan terkait kekejaman Assad kepada rakyatnya sendiri, termasuk soal penggunaan gas klorin yang menewaskan banyak warga, termasuk anak-anak.

Sementara Rusia, sebagai salah satu sekutu Assad, menilai bahwa Assad harus tetap memegang tampu kepemimpinan Suriah. Sejak 30 September lalu, Rusia meluncurkan intervensi militer di Suriah. Rusia mengklaim intervensi itu untuk memberantas ISIS, tetapi sejumlah laporan menyatakan Rusia menargetkan kelompok pemberontak yang menetang rezim Assad.

Sejak 2011, AS telah menjatuhkan berbagai sanksi kepada rezim Assad, utamanya sanksi di sektor ekonomi, seperti sanksi ekspor, pemblokiran bantuan dari AS, dan pemblokiran pembelian peralatan militer dari AS. (ama/stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER