Brussels, CNN Indonesia -- Satu komisi kepolisian Belgia mewawancarai staf satu universitas di Brussels setelah badan pendidikan tidak mengambil tindakan terkait kekhawatiran terhadap seorang mahasiswa yang kemudian menjadi pengembom bunuh diri dalam serangan Paris pada November lalu.
Dua koran Belgia melaporkan pada Sabtu (26/12), kekhawatiran itu terkait radikalisasi Bilal Hadfi.
Hadfi disebut sebagai salah satu pelaku serangan yang menjadi pengebom bunuh diri di luar stadion Stade de France pada 23 November.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia belajar di universitas Anneessens-Funck di Brussels sebelum keluar pada Februari untuk pergi ke Suriah.
Harian
De Morgen dan
Het Laatste Nieuws, mengutip dokumen yang menyebut bahwa staf universitas itu sangat khawatir dengan pandangan ekstrimis Hadfi yang jelas terlihat di dalam kelas.
Laporan harian ini tidak merinci bentuk dokumen itu, tetapi mengatakan bahwa dokumen tersebut memperlihatkan bahwa direktur universitas tersebut telah memberi tahu dewan pendidikan Brussels pada April bahwa Hadfi pergi ke Suriah.
Kedua koran itu menulis bahwa, “Committee P” (
le Comite Permanent de Controle des Services de Police) sebutan bagi badan pengawasan polisi Belgia, kini menyelidiki alasan informasi itu tidak diteruskan ke polisi.
Universitas,
Committee P ataupun badan pendidikan Brussels belum bisa dimintai komentar atas berita kedua harian tersebut.
Meski tidak ada bukti kuat intelijen dan kegagalan bertukar informasi sebelum serangan mematikan di Paris itu, dunia internasional menuduh bahwa dana yang kurang dan perseteruan politik di Belgia menyebabkan dinas keamanan negara itu menjadi titik terlemah dalam upaya melawan terorisme di Eropa.
Masih belum jelas kapan tepatnya para pejabat keamanan Belgia mengetahui bahwa Hadfi telah berkunjung ke Suriah.
Namun, dia berhasil menghindari pengawasan dinas intelijen setelah kembali ke Eropa.
Mereka telah menyadap tempat tinggalnya yang terdaftar, tetapi dia tidak pernah muncul sehingga tidak bisa dilacak.
(yns)